Kabar Kurang 'Sedap', Riset Ungkap Risiko Gejala Berat BA.5

Kabar Kurang 'Sedap', Riset Ungkap Risiko Gejala Berat BA.5

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 29 Jul 2022 11:00 WIB
Kabar Kurang Sedap, Riset Ungkap Risiko Gejala Berat BA.5
Omicron BA.5 dinilai lebih berisiko memicu gejala berat. (Foto: Getty Images/loops7)
Jakarta -

Dibandingkan subvarian Omicron BA.2 yang mendominasi di puncak gelombang COVID-19 lalu, Omicron BA.5 kemungkinan lebih tinggi memicu reinfeksi atau infeksi COVID-19 berulang. Terlepas dari status vaksinasi pasien.

Dikutip dari Reuters, penelitian di Portugal menemukan 10 persen dari kasus BA.5 adalah pasien reinfeksi. Sementara pada kasus BA.2, reinfeksi hanya dilaporkan sebanyak 5,6 persen dari total kasus yang dianalisis.

Studi mengamati 15.396 pasien dewasa yang terinfeksi BA.2 dan 12.306 pasien yang terinfeksi BA.5. Sayangnya, para ilmuwan menemukan vaksin COVID-19 dua dosis tampaknya kurang efektif mengurangi risiko COVID-19 gejala berat pada kasus Omicron BA.5 ketimbang Omicron BA.2.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, para peneliti menyebut vaksinasi COVID-19 booster masih memberikan perlindungan yang kuat untuk mencegah kasus COVID-19 gejala berat akibat BA.5.

"Di antara mereka yang terinfeksi BA.5, vaksinasi booster dikaitkan dengan masing-masing 77 peren dan 88 persen pengurangan risiko rawat inap dan kematian COVID-19, sementara pengurangan risiko yang lebih tinggi ditemukan untuk kasus BA.2, dengan 93 persen cegah kasus rawat inap dan 94 persen kematian," tulis para peneliti.

ADVERTISEMENT

Risiko Kerusakan Jantung

Spike protein di permukaan yang digunakan virus untuk menginfeksi, juga masuk ke sel otot jantung dan memicu serangan yang merusak sistem kekebalan tubuh. Peneitian baru ini juga menyoroti speike protein SARS-CoV-2 berinteraksi dengan protein lain dalam miosit jantung yang menyebabkan peradangan.

Para peneliti dalam presentasi di Sesi Ilmiah Ilmu Kardiovaskular Dasar Asosiasi Jantung Amerika 2022, Rabu (27/7), melakukan percobaan dengan jantung tikus. Membandingkan efek spike protein SARS-CoV2 dan spike protein dari virus corona yang berbeda dan relatif tidak berbahaya.

Para peneliti menemukan bahwa hanya spike protein SARS-CoV-2 yang menyebabkan disfungsi jantung, pembesaran, dan peradangan.

Lebih lanjut, mereka menemukan, dalam sel otot jantung yang terinfeksi, hanya spike SARS-CoV-2 yang berinteraksi dengan protein TLR4 (reseptor seperti Toll-4), yakni protein yang mengenali penyerbu dan memicu respons inflamasi atau peradangan.

Pada pasien yang meninggal dengan peradangan COVID-19, para peneliti menemukan spike protein SARS-CoV-2 dan protein TLR4 di kedua sel otot jantung dan jenis sel lainnya. Keduanya tidak hadir dalam biopsi jantung manusia yang sehat.

"Itu berarti begitu jantung terinfeksi SARS-CoV-2, itu akan mengaktifkan pensinyalan TLR4," kata Zhiqiang Lin dari Masonic Medical Research Institute di Utica, New York dalam sebuah pernyataan.

"Kami memberikan bukti langsung bahwa spike protein beracun bagi sel-sel otot jantung dan mempersempit mekanisme yang mendasarinya karena spike protein secara langsung mengobarkan sel-sel otot jantung," katanya kepada Reuters.




(naf/vyp)

Berita Terkait