Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Mohammad Syahril melaporkan kasus pertama cacar monyet yang teridentifikasi di DKI Jakarta, Jumat malam (19/8/20022). Total saat ini tercatat sebanyak 22 kasus discarded dan satu konfirmasi cacar monyet.
"Dari DKI Jakarta, seorang laki-laki berumur 27 tahun. Dapat laporan pemeriksaan PCR tadi malam," beber juru bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril dalam konferensi pers, Sabtu (20/8/2022).
Kronologi dan Gejala yang Dikeluhkan Pasien
Mulanya, ia mengeluhkan gejala demam di 14 Agustus kemarin. Sementara dua hari setelahnya yakni 16 Agustus, lesi di kulit atau ruam-ruam baru muncul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syahril menyebut yang bersangkutan memiliki kewaspadaan yang tinggi terkait penyakit cacar monyet. Karenanya, langsung memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pihak rumah sakit sebelumnya langsung mengkategorikan pria tersebut sebagai suspek lantaran kondisi klinis mengarah ke infeksi monkeypox. Benar saja, satu hari setelah mendatangi RS, hasil tes PCR lesi kulit keluar, dengan menyatakan dirinya positif monkeypox.
"Gejala mulai muncul di tanggal 14 dengan muncul gejala demam, tanggal 16 baru muncul lesi atau ruam-ruam, dan kemudian tanggal 18 dilakukan pemeriksaan terhadap pasien, karena datang ke RS, diperiksa dengan cepat oleh RS, diperiksa dalam waktu satu hari dan hasil PCR keluar positif," tegas Syahril.
"Dan ada cacarnya ruam ruam-nya di muka, telapak tangan, kaki, dan sebagian di sekitar alat genitalia," sambung dia.
Tertular dari Kontak Langsung
Syahril mengungkapkan, pasien tersebut tertular dari kontak langsung saat bepergian ke luar negeri. Namun, ia tidak merinci negara mana yang dimaksud.
"Penularan pasien cacar monyet ini adalah kontak langsung. Jadi, pasien ini melakukan kontak langsung pada orang yang di tempat yang ia bepergian kemarin," imbuhnya.
Tidak Dirawat di RS
Pasien cacar monyet di Indonesia tidak dirawat di rumah sakit. Melainkan, menjalani isolasi mandiri di rumah. Begitu juga kondisi pasien dilaporkan baik.
Sebelum positif, pasien mengunjungi negara yang terkonfirmasi cacar monyet. Setelah bepergian, pasien mengalami sejumlah gejala dan akhirnya memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
"Jadi dia melakukan pemeriksaan mandiri dan dokter yang dikonsultasikan memiliki kesigapan akan kasus ini walaupun tidak ada gejala yang betul-betul khas," jelasnya.
NEXT: Akankah cacar monyet menjadi pandemi selanjutnya?
Bakal Jadi Next Pandemi?
Menurut Syahril, tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pandemi berikutnya. Ia menyebut, setelah pandemi COVID-19 nantinya berakhir bisa saja akan muncul pandemi-pandemi berikutnya yang mengancam kesehatan.
"Namanya saja pandemi, bisa akan habis, muncul lagi dengan pasien baru. Saya kira ini kehidupan yang biasa, termasuk halnya pandemi COVID. Bisa saja suatu saat pandemi COVID ini dianggap sudah landai dan tidak terlalu mengancam kesehatan, perekonomian, ataupun bidang lain, maka pandeminya akan berakhir. Dan bisa jadi juga akan muncul pandemi-pandemi baru yang kita tidak tahu," tuturnya lagi.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), level alarm tertinggi. Hal ini sama seperti COVID-19 sebelum dinyatakan sebagai pandemi.











































