Kematian di Tragedi Kanjuruhan Terbanyak Dipicu Asfiksia, Ini Penyebabnya

Kematian di Tragedi Kanjuruhan Terbanyak Dipicu Asfiksia, Ini Penyebabnya

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 07 Okt 2022 08:02 WIB
Kematian di Tragedi Kanjuruhan Terbanyak Dipicu Asfiksia, Ini Penyebabnya
Penyebab kondisi asfiksia, disebut jadi pemicu sebagian besar kematian di tragedi Kanjuruhan. Foto: AFP via Getty Images/STR
Jakarta -

Korban meninggal dunia di tragedi Kanjuruhan dilaporkan salah satunya akibat asfiksia atau kekurangan udara. Hal itu disampaikan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

"Sebagian besar yang meninggal mengalami asfiksia," kata Sigit dalam jumpa pers, di Polresta Malang Kota, Malang, Jawa Timur, Dikutip detikNews, Kamis (6/10/2022).

Selain akibat asfiksia, Sigit menjelaskan ada juga korban yang mengalami trauma di kepala dan thorax, serta patah tulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Healthline, asfiksia (asphyxia) adalah kondisi tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen. Akibatnya jika tidak segera diberi intervensi, risiko yang bisa terjadi yakni hilang kesadaran, cedera otak, hingga kematian.

Lebih lanjut dalam WebMD dijelaskan, saat menarik napas, oksigen masuk ke paru-paru melalui hidung dan mulut. Kemudian, oksigen masuk ke dalam pembuluh darah kecil atau kapiler dan dibawa oleh sel darah merah menuju jantung untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Jika terdapat hambatan dalam proses ini, kondisi tersebut disebut asfiksia.

ADVERTISEMENT

Berbeda dengan sesak napas, istilah asfiksia mengacu pada kondisi seseorang meninggal dunia karena kekurangan oksigen. Di samping tragedi Kanjuruhan, asfiksia bisa dipicu oleh beberapa penyebab seperti:

Asfiksia Kimia

Kondisi ini terjadi ketika seseorang menghirup zat yang memotong suplai oksigen tubuh. Substansi dapat menggantikan oksigen di paru-paru atau mengganggu pengiriman oksigen dalam darah.

Salah satu pemicu asfiksia kimia adalah karbon monoksida, yakni gas tidak berbau dan tidak berwarna yang ditemukan dalam asap. Menghirup karbon monoksida dalam jumlah besar dapat menyebabkan keracunan karbon monoksida.

Asma

Asma adalah kondisi kronis pemicu peradangan pada saluran udara. Ini dapat menyebabkan gejala kesulitan bernapas dan mengi.

Pada serangan asma yang parah, saluran udara membengkak dan menyempit. Tanpa penanganan segera, saluran udara bisa menjadi terlalu sempit dan memotong suplai oksigen.

Serangan asma dapat dipicu oleh alergen (seperti serbuk sari atau bulu binatang), iritasi kimia, bau yang kuat, peristiwa yang menegangkan, dan infeksi pernafasan.

Anafilaksis

Pada kondisi ini, asfiksia dipicu oleh alergi terhadap makanan, obat-obatan, atau sengatan serangga. Selama anafilaksis, tubuh menganggap zat tertentu sebagai penyerbu. Sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi yang bekerja melepaskan bahan kimia pemicu gejala pembengkakan, gatal-gatal, atau sesak napas.

Akibatnya, timbul pembengkakan saluran udara bagian atas. Tanpa pengobatan, pembengkakan bisa semakin parah dan mengganggu pernapasan.

Tersedak

Tersedak terjadi ketika ada benda asing tersangkut di saluran napas. Hal ini memicu kesulitan untuk menghirup oksigen.

Posisi Tubuh

Posisi yang menghalangi saluran udara disebut asfiksia posisional. Hal ini dapat terjadi jika posisi tubuh mengganggu inhalasi normal atau sirkulasi oksigen.

Bayi baru lahir dan bayi berisiko tinggi mengalami asfiksia posisional. Pasalnya, bayi tidak dapat memposisikan diri untuk membuka blokir saluran udara.

Tenggelam

Pada kondisi ini, seseorang tidak bisa bernapas karena menghirup air. Akibatnya, tubuh mereka tidak dapat mengirimkan oksigen ke jaringan dan organ mereka. Dalam banyak kasus, tenggelam terjadi dengan cepat.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Stop Bakar Sampah Sembarangan! Ada Aturan Hukumnya"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

Berita Terkait