Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melihat tren peningkatan kasus gagal ginjal akut sejak Januari 2022. Namun, dalam dua bulan terakhir terjadi lonjakan, hingga kisaran 100 anak mengidap gagal ginjal akut yang belum diketahui penyebabnya.
Perbedaan gejala gagal ginjal akut misterius dilaporkan lebih cepat membuat anak mengalami perburukan, dan kasusnya kerap terjadi secara mendadak. Spesialis anak dr Henny Adriani, SpA(K) mewanti-wanti setiap orangtua untuk mewaspadai gejala khususnya pada usia anak di bawah enam tahun.
"Dia mengalami demam, diare, kemudian ada gangguan saluran napas, atau mungkin muntah ya, kemudian kita harus memperhatikan produksi air kencing anak kita, kita harus memastikan dia mendapatkan cairan yang cukup, kita harus rajin-rajin buka popoknya, urinenya berkurang nggak ya daripada biasanya," terang dia dalam sesi bincang YouTube IDAI, Senin (10/10/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Henny mengingatkan untuk mulai melihat intensitas kencing anak. Jika dirasa tidak normal, segeralah dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat, sembari memastikan anak mendapatkan hidrasi yang cukup.
"Kalau ada anak saya nggak pipis enam jam misalnya, sudah langsung saja dibawa pergi ke RS, memang belum tentu gagal ginjal akut misterius, tetapi ini menjadi warning yang harus diwaspadai," bebernya.
"Sampai saat ini karena kita juga masih mempelajari penyebabnya ya maka aksi utama kita itu kita ingin para nakes dan ortu mengetahui gejala-gejala apa yang harus diwaspadai," sambung dia.
Adapun gejala yang paling banyak ditemui menurut dr Henny adalah demam dan diare, di beberapa kasus disertai gangguan saluran napas, adapula anak yang tak mengeluhkan gejala tersebut.
(naf/kna)











































