Etilen Glikol di Obat Sirup Picu Gagal Ginjal? Profesor Farmasi Bilang Gini

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 20 Okt 2022 14:45 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/simarik
Jakarta -

Terkait temuan 206 kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI mengimbau penyetopan segala obat berbentuk cair atau sirup. Menyusul itu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melaporkan pasien anak dengan gangguan ginjal akut terdeteksi terpapar tiga zat berbahaya.

"Kemenkes sudah meneliti bahwa Pasien balita yang terkena AKI (accute kidney Injury) terdeteksi memiliki 3 zat kimia berbahaya (ethylene glycol-EG, diethylene glycol-DEG, ethylene glycol butyl ether-EGBE)," terang Menkes dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (20/10/2022).

Mengingat, beberapa dari jenis obat sirup yang ditarik terkonfirmasi mengandung EG, DEG, EGBE yang seharusnya terkandung dalam batasan tertentu. Sebagaimana dilaporkan Wakil Menteri Kesehatan RI dr Dante Saksono Harbuwono kemarin, pihaknya telah mengidentifikasi dari 18 obat yang sudah diuji, 15 di antaranya mengandung EG.

Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati menegaskan, sebenarnya hubungan kejadian gangguan ginjal akut misterius dengan konsumsi obat berbentuk sirup khususnya yang mengandung parasetamol masih tidak bisa dipastikan.

Pasalnya, sirup obat parasetamol sudah ada bertahun-tahun dan aman digunakan. Sementara, kasus gangguan ginjal akut baru merebak baru-baru ini, menyusul 69 kasus kasus kematian anak di Gambia dengan kondisi cedera ginjal diduga akibat konsumsi obat batuk sirup.

"Ada perkembangan baru bahwa beberapa produk akhir dari sirup parasetamol diduga terindikasi mengandung EG atau DEG. Namun hal ini belum tentu berada dalam kadar yg sampai menghasilkan efek toksik terhadap ginjal," ujarnya dalam keterangan tertulis diterima detikcom, Rabu (19/10).

"Pengukuran DEG dan EG dalam produk akhir juga tidak mudah karena sudah mengandung berbagai bahan lain, sehingga memerlukan metode analisis yang akurat dan sensitif. Apakah pemeriksaannya sudah akurat? Harus dipastikan," imbuh Prof Zullies.




(vyp/naf)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork