Tidak Semua Anak Alami Gejala Keracunan EG Usai Minum Obat, Ini Sebabnya

Tidak Semua Anak Alami Gejala Keracunan EG Usai Minum Obat, Ini Sebabnya

Alethea Pricila - detikHealth
Kamis, 27 Okt 2022 08:25 WIB
Tidak Semua Anak Alami Gejala Keracunan EG Usai Minum Obat, Ini Sebabnya
Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Pornpak Khunatorn
Jakarta -

Penyetopan sementara penjualan obat hingga resep sirup dilakukan sebagai upaya pencegahan bertambahnya kasus gangguan ginjal akut misterius. Kabar baik dari Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, setelah penyetopan diberlangsungkan terjadi penurunan kasus harian hingga di bawah 10 pasien per hari.

"Kita melihat penurunannya sangat sangat drastis, sangat drastis, yang tadinya sehari bisa 20, bisa 30, kemarin beberapa hari sempet kosong (laporannya)," kata Menkes Budi saat ditemui di kawasan Cakung, Bekasi Timur, Rabu (26/10/2022).

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI sudah menjabarkan tiga produk obat sirup yang mengandung cemaran etilen glikol melebihi ambang batas. Mengingat, bahan inilah yang diduga memicu ratusan kasus gangguan ginjal akut pada anak.

Ketiga produk tersebut adalah Unibebi Cough Syrup (Universal Pharmaceutical Industries), Unibebi Demam Drop (Universal Pharmaceutical Industries), dan Unibebi Demam Syrup (Universal Pharmaceutical Industries).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas jika anak telanjur diberikan obat cair namun tidak mengalami gejala apa pun, apakah anak akan aman-aman saja?

Menjawab itu, Prof Dr Zullies Ikawati, Apt dari Universitas Gadjah Mada menjelaskan Etilen Glikol dan Dietilen Glikol saat dalam tubuh akan terurai menjadi senyawa lain yang lebih toxic atau beracun. Salah satunya asam oksalat yang bisa menyebabkan gagal ginjal.

ADVERTISEMENT

"Asam oksalat itu yang berkontribusi dalam gagal ginjal karena ketika dia berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat yang nanti akan menyebabkan merusak ginjal," jelasnya.

"Asam oksalat inilah yang jadi biang kerok terkait gagal ginjal akut yang menyebabkan metabolit dari etilen glikol," lanjut Prof Zullies.

Mengapa Gejala Tidak Dirasakan Oleh Semua Orang?

Prof Zullies menjelaskan enzim yang ada dalam tubuh tiap manusia itu berbeda. Pada tubuh orang yang memiliki metabolisme lebih lemah, tidak terbentuk metabolit toxic sehingga lebih aman. Selain itu, dosis yang dikonsumsi setiap orang berbeda-beda yang nantinya berpengaruh pada saat eliminasi melalui urine.

"Kalau masalah eliminasi ini juga berbeda-beda tiap orangnya, jadi unchange di urine tidak berubah," ucapnya.

"Waktu eliminasi juga tidak lama biasanya akan tereliminasi dalam sehari atau dua hari. Kalau di literatur satuannya jam, jadi mungkin 15 jam udah hilang dari tubuh. Jadi ketika tidak memberikan efek apa-apa itu aman," pungkasnya.

Oleh karena itu, Prof Zullies menyarankan orang tua untuk tetap memantau perkembangan anak dan peka terhadap gejala-gejala yang dialami anak.




(vyp/vyp)

Berita Terkait