Meluruskan dugaan terkait COVID-19, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan hingga kini tidak ditemukan ada korelasi antara COVID-19 dengan kasus gangguan ginjal akut misterius. Hal itu mengacu pada pemeriksaan panel patogen di seluruh RS pemerintah yang diselenggarakan oleh Kemenkes RI.
"Ada yang bilang ini disebabkan oleh COVID-19, persentasenya di bawah 10 persen. Jadi tidak ada korelasinya dengan virus Sars-COV-2," ungkap Menkes dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI bersama Menkes RI, Rabu (2/11/2022).
Lebih lanjut Menkes menyebut, tidak juga ditemukan kaitan kasus gangguan ginjal akut dengan vaksinasi COVID-19. Sebab, kebanyakan pasien gagal ginjal akut yang merebak kini adalah anak-anak berusia di bawah 5 tahun yang belum bisa menerima suntikan vaksin COVID-19.
"Kita juga melakukan uji dengan vaksin, sama. Karena sebagian besar yang terkena adalah di bawah 5 tahun dan ini adalah segmen yang tidak divaksinasi COVID-19. Jadi itu mengeliminasi di bulan September, bahwa penyebabnya adalah vaksin (atau) penyebabnya adalah Sars-COV-2 penyebab COVID atau penyebabnya adalah bakteri dan virus-virus lainnya," jelasnya.
"Karena semua bakteri sudah kita panel, semua virus sudah kita panel, dan angkanya kecil. Jadi kemungkinan penyebab terbesarnya pasti bukan itu," pungkas Menkes.
Kemarin, Selasa (1/11), juru bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril menjabarkan kelompok usia pasien gangguan ginjal akut misterius di Indonesia. Sejalan dengan paparan Menkes, pasien paling banyak berusia 1-5 tahun.
"Ada terbanyak itu di kelompok umur 1-5 tahun sebanyak 106 anak. Kemudian di bawah 1 tahun (sebanyak) 21 anak, dan seterusnya 23 (kasus) pada (usia) 6-10 tahun. Dan ada 9 (kasus) anak pada (usia) 11-18 tahun," ujar Syahril dalam konferensi pers virtual.
Simak Video "Video: BPOM Minta Tambahan Anggaran Rp 2,6 T, Tak Mau Kasus Gagal Ginjal Akut Terulang"
(vyp/naf)