Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim B Yanuarso, SpA(K) menceritakan awal mula temuan kasus gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak di Indonesia. Ia mengatakan terjadi lonjakan tiba-tiba anak yang masuk rumah sakit akibat gagal ginjal di Agustus-September.
dr Piprim menerangkan kebanyakan pasien mengeluh batuk-pilek namun tidak ada riwayat dehidrasi berat. Namun sebelumnya disebutkan sempat mengonsumsi obat demam dan batuk pilek sebelum masuk rumah sakit.
Kebanyakan pasien datang ke RS dalam kondisi anuria, sudah tidak mengeluarkan kencing. Saat ke RS, dengan cepat anak mengalami penurunan kesadaran meski sudah dilakukan cuci darah.
"Pada saat itu kami dokter anak cukup frustasi menghadapi kasus ini krn ini aneh, nggak seperti biasanya. biasanya kalau gagal ginjal akut saja, dilakukan cuci darah anaknya selamat," kata dr Piprim dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (2/11/2022).
"Ini dilakukan cuci darah anaknya malah meninggal," sambungnya.
Para dokter kemudian melakukan penelusuran penyebab mulai dari syok hipovolemik, sindrom hemolitik uremik pasca diare infeksi streptokokus sampai MIS-C pasca COVID-19. Namun tidak ditemukan keterkaitan antara penyakit-penyakit tersebut dengan gagal ginjal yang dialami pasien.
Tenaga kesehatan juga sudah melakukan terapi MIS-C, namun kondisi pasien juga tidak membaik. IDAI pun mulai melakukan diskusi dengan Kemenkes tapi belum mengarah ke intoksikasi obat.
"Kami stres sendiri, anak-anak masuk rumah sakit kemudian meninggal dan meninggal. Pada saat itu kita bingung cari obat apalagi sampai kemudian ada temuan yang serupa di Gambia," terang dr Piprim.
Laporan Gambia
Pada September, tim dokter menemukan kasus serupa terjadi di Gambia. Dengan cepat IDAI langsung berkomunikasi dengan dokter di Gambia.
Mereka menemukan profil pasien di Gambia serupa dengan kondisi anak yang masuk ke rumah sakit akibat gagal ginjal akut di Jakarta. Setelah itu, investigasi akhirnya mengarah ke intoksikasi etilen.
Ternyata setelah ditelusuri, banyak kadar etilen glikol yang melebihi batas di dalam darah pasien walau sudah dilakukan cuci darah.
"Kita bisa bayangkan pasien sudah cuci darah hasil etilen glikolnya masih tinggi," paparnya.
Untuk itu dengan cepat pihak terkait mulai dari Kemenkes dan BPOM memberhentikan sementara peredaran obat sirup karena diduga kuat etilen glikol memicu gagal ginjal akut pada anak.
"Bagi kami, nyawa satu anak itu sangat berharga. jadi kalau meninggal sampai ratusan dan dinyatakan sebagai kejahatan kemanusiaan maka kami menuntut utk diproses hukum yang seadil-adilnya," pungkasnya.
Simak Video "Sidang Kasus Gagal Ginjal Akut Bakal Dilanjutkan Pekan Depan"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/up)