Yang Mungkin Dialami Tubuh saat Terhimpit Kerumunan, Semakin Parah karena Panik?

Yang Mungkin Dialami Tubuh saat Terhimpit Kerumunan, Semakin Parah karena Panik?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Sabtu, 05 Nov 2022 11:00 WIB
Yang Mungkin Dialami Tubuh saat Terhimpit Kerumunan, Semakin Parah karena Panik?
Konser NCT127 dihentikan imbas banyak penonton pingsan (Foto: Sonia/detikcom)
Jakarta -

Menyusul kabar duka dari tragedi Itaewon di Korea Selatan yang merenggut lebih dari 150 nyawa, kemarin konser NCT 127 di BSD terpaksa dibubarkan pihak berwajib lantaran lebih dari 30 penonton pingsan. Kondisi saling berhimpit dan desak-desakan menjadi sorotan banyak orang. Lantas sebenarnya apa yang terjadi pada tubuh ketika terdesak situasi kerumunan sangat padat?

Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Siloam Hospital Semanggi dr Vito A Damay, SpJP menerangkan, pada kondisi sempit dan kerumunan berdesakan,jarak antar tubuh akan sangat, bahkan tempel-tempelan. Walhasil, terjadi ketegangan. Orang-orang mungkin panik dan mulai berpikir bahwa dirinya terjebak dalam situasi berbahaya.

Dalam kondisi ada penekanan (kompresi), tubuh sulit bergerak ke depan, belakang, kanan, dan kiri. Padahal untuk bisa bernapas, dada harus kembang-kempis dan membutuhkan ruang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kita mau bernapas, dada kita harus kembang-kempis. Ketika dia nggak bisa kembang-kempis seperti itu, nggak lega pernapasannya maka pasti oksigen dan karbondioksida, pasti pernapasan tidak cukup bagus sirkulasinya," jelas dr Vito pada detikcom dalam program e-Life, membahas tragedi Itaewon, Jumat (4/11/2022).

"Dia tidak bisa menarik napas penuh oksigen sehingga tubuh mengalami yang namanya hipoksia. Hipoksia itu sel-sel tubuh kekurangan oksigen, termasuk otot jantung juga. Jantung kan butuh oksigen. Jantungnya nggak dapat oksigen bagaimana? Dia nggak bisa memompa," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Pada situasi tersebut, orang yang kesulitan bergerak dan bernapas berisiko mengalami peningkatan adrenalin karena rasa panik. Semakin panik, semakin tinggi adrenalin, semakin pembuluh darah berisiko menguncup dan jantung tidak bisa mendapatkan cukup asupan oksigen. Mengingat pada tragedi Itaewon, ratusan pengunjung meninggal dunia diduga disebabkan kondisi henti jantung.

"Orang kalau dibekap saja panik. Coba saja Anda kaget, panik, kesal. Lagi kesal saja mau marah rasanya bagaimana, berat mau bernapas. Sama, dalam kondisi seperti ini dia sudah merasa napas kok nggak benar sekarang. Kok nggak bisa bernafas dengan lega? Apalagi sekarang sudah merasa sesak, pasti panik," jelasnya lebih lanjut.

"Panik itu meningkatkan adrenalin. Hormon stres naik dalam tubuh kita sehingga mengakibatkan terjadi kuncup pembuluh darah. Pembuluh darah seperti pipa, yang seharusnya isinya darah, isinya oksigen, menjadi kuncup menjadi kecil," sambung dr Vito.

NEXT: Massa Seharusnya Bagaimana?

dr Vito mengingatkan, massa sebenarnya bisa mengambil langkah sebelum situasi kerumunan padat telanjur tak kondusif. Caranya, segera balik badan menuju arah yang tidak dituju kerumunan. Dengan begitu, seseorang tak hanya menyelamatkan diri sendiri, namun juga menolong orang lain dengan saling memberikan 'alert'.

"Kita putar badan, balik badan ke arah sebaliknya. Karena kalau kita mengarah ke depan, orang nggak ada yang tahu dalam kondisi apa. Dan orang cenderung akan mendorong ke depan karena mereka mau melihat ada apa sih di depan," tutur dr Vito.

"Tapi kalau kita balik badan, kalau kemarin (Itaewon) masalahnya kan karena berhimpitan di area yang sama. Sekarang kalau mereka balik kanan arah sebaliknya kan sudah, keluar. Jadi kita harus memulai itu. Kita balik badan, lalu kita bilang di depan bahaya. Kita bisa ngomong ke orang terdekat kita," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video soal Catatan Pertolongan Pertama Henti Jantung: Jangan Panik"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Berita Terkait