Dokter Forensik UI Ungkap Kondisi Organ Tubuh Jika Meninggal Kelaparan

Terpopuler Sepekan

Dokter Forensik UI Ungkap Kondisi Organ Tubuh Jika Meninggal Kelaparan

Nurul Febian Danari - detikHealth
Minggu, 20 Nov 2022 17:33 WIB
Dokter Forensik UI Ungkap Kondisi Organ Tubuh Jika Meninggal Kelaparan
Ilustrasi mayat (Foto: Dok.Detikcom)
Jakarta -

Tubuh membutuhkan makan dan air untuk bertahan hidup. Jika orang tidak makan dan minum berhari-hari makan akan berbahaya bagi kesehatan tubuhnya, bahkan bisa berakibat kematian.

Menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana proses kematian yang terjadi pada tubuh dan kondisi organ yang tidak mendapat asupan makanan dan minuman sama sekali?

Dokter forensik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Ade Firmansyah, menjelaskan, masih ada kemungkinan manusia bisa bertahan hidup meskipun tanpa makan, asalkan tetap minum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, jika massa tubuh berkurang hingga 40 persen dan kebutuhan energi tidak kunjung terpenuhi, akan berisiko mengalami masalah fatal hingga menyebabkan kematian.

"Biasanya kehilangan massa tubuh sebesar 40 persen dari massa tubuh awalnya akan bersifat fatal dan mengakibatkan kematian," terangnya pada detikcom, Selasa (15/11).

ADVERTISEMENT

Analisis Dokter Forensik

Saat kelaparan, tubuh akan memakai cadangan lemak yang dimetabolisme sebagai energi. Jika hal itu tidak terpenuhi, selanjutnya bagian otot yang juga akan dimetabolisme menjadi energi.

Tak heran jika dalam kasus kelaparan, massa tubuh akan berkurang sekitar 18 persen yang menyebabkan tubuh mengalami kelemahan seperti pingsan dan kurangnya kewaspadaan.

dr Ade mengatakan tidak ada batasan yang pasti berapa lama seseorang dapat hidup tanpa makan dan minum. Hal ini tergantung kondisi fisik masing-masing. Namun, biasanya berkisar antara 8 hingga 60 hari.

NEXT: ciri-ciri organ di jasad orang meninggal kelaparan

Ciri-ciri Organ di Jasad Orang Meninggal Kelaparan

dr Ade menjelaskan jenazah yang meninggal akibat kelaparan biasanya memiliki cadangan lemak dan otot yang sangat sedikit. Diikuti dengan kulit tubuh berwarna pucat dan kering, hingga adanya tanda-tanda malnutrisi.

Bahkan elastisitas kulit juga menurun, seperti misalnya bila jasad dicubit akan kembali secara lambat. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan pasien yang kurang asupan minum.

Ada beberapa temuan lain di autopsi kasus diduga kelaparan, yakni rendahnya kadar gula darah, ukuran organ-organ dalam seperti jantung, hati, ginjal yang lebih kecil dari normal.

"Dinding lambung, usus halus, dan usus besar juga dapat menunjukkan adanya ulkus (luka terbuka) dan perdarahan," jelas dr Ade.

Pada kesempatan berbeda, spesialis penyakit dalam sekaligus pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam menjelaskan kelaparan dalam waktu lama bisa memicu kerusakan serius pada organ dan mental.

Khususnya pada orang dengan penyakit komorbid, kematian akan terjadi dalam hitungan waktu tidak sampai seminggu jika tubuh tidak diberi asupan makan dan minum.

"Pasien dengan modalitas yang terbatas (banyak komorbid) untuk tidak makan dan tidak minum dalam waktu lama akan berhadapan dengan situasi mungkin mengancam jiwa dalam waktu kurang dari seminggu. Puasa mutlak (bukan hanya tanpa makanan tetapi juga tanpa asupan cairan) tidak sesuai dengan kehidupan selama lebih dari beberapa hari," kata Prof Ari.

Prof Ari menambahkan, semakin lama seseorang tidak makan dan minum, semakin besar risiko tubuh mengalami komplikasi serius.

Komplikasi bisa berlangsung permanen berupa gangguan neurologis atau saraf, yakni kelumpuhan ekstremitas, kebutaan, dan koma, hingga kematian karena masalah neurologis, jantung, paru atau ginjal dan berbagai komplikasi lain.

Halaman 2 dari 2
(suc/suc)

Berita Terkait