Dikait-kaitkan dengan Arawinda, Samakah Love Bombing dan Abusive Relationship?

Dikait-kaitkan dengan Arawinda, Samakah Love Bombing dan Abusive Relationship?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Rabu, 30 Nov 2022 18:32 WIB
Dikait-kaitkan dengan Arawinda, Samakah Love Bombing dan Abusive Relationship?
Arawinda (Foto: Dok. Instagram)
Jakarta -

Pemain film, Arawinda, disebut menjadi korban love bombing dan manipulasi dalam kasus perselingkuhan yang menyeret namanya dengan tudingan 'merebut' suami orang lain. Hal tersebut dinyatakan dalam klarifikasi oleh pihak manajemen, yakni KITE Entertainment.

Terlepas dari nama dalam kasus perselingkuhan tersebut, psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi, menjelaskan love bombing adalah tindakan memberikan perhatian secara tiba-tiba dan terburu-buru. Layaknya sebuah bom yang dijatuhkan, kasih sayang diberikan secara besar-besaran baik dalam bentuk kata-kata manis, hadiah, maupun perhatian dan servis seperti antar-jemput dan selalu membantu.

"Biasanya selain memberikan perhatian, hadiah, waktu, tenaga, dan sebagainya dia juga membuka tentang cerita dirinya itu langsung banyak. Jadi nggak cuma profil saya kerja di mana dan usia berapa, nggak. Melainkan juga langsung ke arah mungkin baru ketemu sekali-dua kali tapi langsung ceritanya sampai ke hal-hal terdalam pengalaman dirinya untuk menarik simpati atau empati orang lain atau pasangan yang lagi dia suka," terang Sari pada detikcom, Rabu (30/11/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia mencoba menarik simpati atau empati, entah mungkin ceritanya tentang pasangan dia sebelumnya, keluarga, aib, apalah mungkin sebelumnya. Pokoknya dia menggunakan berbagai cara untuk secara emosional bisa mendapatkan atensi dari pasangan satunya," imbuhnya.

Namun berbeda dengan hubungan yang normal, pasangan yang diawali dengan love bombing lebih berisiko mengalami pertengkaran. Jika terjadi fase demikian, seorang pelaku love bombing bisa memanipulasi korban dengan kebaikan-kebaikan yang pernah diberikan.

ADVERTISEMENT

Seolah karena sudah pernah menerima banyak kebaikan, korban tidak berhak menyalahkan pelaku meski sudah dikontrol dan diperlakukan dengan posesif.

Sari menyebut, siklus love bombing ini sebenarnya mirip dengan siklus 'abusive relationship'.

"Cycle-nya sebetulnya mirip-mirip seperti cycle of abuse, di mana ada fase nanti honeymoon-nya mereka, berbunga-bunga, banyak senang-senang dan lain sebagainya. Love bombing-nya di situ. Habis itu nanti ada perdebatan, cekcok, dan lain sebagainya, terus adu pendapat mungkin, atau mungkin lain-lainnya, posesifnya, pertengkarannya, terus posesif seperti ingin mengendalikan," terang Sari.

"Love bombing-nya akhirnya bukan betul-betul sebagai perwujudan love, melainkan sebagai senjata suatu saat untuk mengontrol orang lain. Untuk diungkit, untuk disebut sebagai effort dia, perjuangan dia. Sudah kayak begitu yang jadinya rumit. Nanti relationshipnya rumit jadi seperti balas-membalas budi, enak-nggak enak," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Dialami Arawinda Kirana, Apa itu Vaginismus?"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

Berita Terkait