Heboh sebuah postingan video di media sosial yang menunjukkan jenazah pasien COVID-19 yang menumpuk di lorong rumah sakit dan krematorium di China. Ledakan kasus ini terjadi usai kebijakan zero-COVID dicabut.
Berdasarkan video yang beredar, memperlihatkan jenazah di koridor rumah sakit. Selain itu, diperlihatkan juga pasien-pasien yang masih menerima perawatan di bangsal dengan bantuan alat pernapasan.
Pada Senin (19/12/2022), China secara resmi melaporkan dua kasus kematian akibat virus di Beijing. Tetapi, rekaman yang beredar menunjukkan beberapa mayat tergeletak di tandu di sepanjang lorong rumah sakit.
Banyaknya jenazah di rumah sakit maupun krematorium menunjukkan bahwa jumlah kematian akibat COVID-19 tidak dilaporkan dengan sebenar-benarnya.
"Angka tidak menceritakan kisah lengkapnya," kata pakar penyakit menular di Singapura, Hoe Nam Leong, dikutip dari Daily Mail, Selasa (20/12/2022).
Dalam penjelasannya, Hoe Nam Leong memperkirakan bahwa jumlah kasus kematian akibat COVID-19 ini sebenarnya lebih tinggi. Leong mengatakan beberapa rumah sakit terlalu penuh untuk menerima pasien, sementara petugas kesehatan mungkin meremehkan COVID-19 sebagai penyebab kematian.
"Individu dapat meninggal karena serangan jantung akibat stres infeksi. Penyebab kematiannya adalah serangan jantung, tetapi penyebab utama kematiannya adalah COVID-19," jelasnya.
Di tengah kondisi ini, otoritas kota tetap membolehkan para pegawai negeri yang bergejala ringan untuk tetap bekerja seperti biasa. Mereka juga mendesak agar warga sekitarnya bisa melanjutkan kehidupan normal seperti biasanya.
(sao/naf)