Puluhan mobil jenazah mengantre di luar krematorium Beijing, Rabu (21/12/2022). Padahal, China sempat melapor tidak ada kematian baru akibat COVID-19 seiring lonjakan pasien COVID-19.
Sebelumnya pada Desember ini, China mencabut aturan ketat penanganan virus Corona bernama 'Zero-COVID'. Pasalnya, aturan tersebut dikritik keras oleh publik yang menilai, kebijakan ketat tersebut telah berimbas besar pada kondisi ekonomi dan psikologis warga China.
Imbas lonjakan kasus COVID-19 kini, sejumlah ahli memprediksi kasus kematian pasien COVID-19 di China bakal mencapai 1 juta kasus tahun depan. Terlebih melihat situasi sekarang, lonjakan kasus telah berimbas pada sistem kesehatan, sembari apotek kehabisan stok obat-obatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Reuters, hari ini sebuah krematorium di distrik Tongzhou Beijing dipenuhi antrean sekitar 40 mobil jenazah menunggu masuk. Sementara itu, tempat parkir penuh. Di dalam area krematorium, terpantau ada keluarga mengenakan baju putih berkumpul dengan ada sekitar 20 peti mati menunggu untuk dikremasi.
Akan tetapi, pihak Reuters tidak bisa memastikan bahwa puluhan jenazah tersebut merupakan pasien COVID-19.
China Punya Definisi Berbeda soal Kasus Kematian akibat COVID-19
Hingga Selasa (20/12), China mencatat kasus akumulatif kematian pasien COVID-19 sebanyak 5.242 kasus. Diketahui, China memiliki definisi yang 'sempit' terkait kasus kematian pasien COVID-19.
Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, hanya orang yang kematiannya disebabkan oleh pneumonia dan gagal napas setelah tertular virus yang diklasifikasikan sebagai kematian akibat COVID-19.
Menanggapi itu, asisten profesor patologi di Universitas Johns Hopkins Benjamin Mazer menegaskan metode klasifikasi tersebut bakal membuat China melewatkan banyak kasus COVID-19. Terlebih selain kondisi sesak napas, banyak pasien COVID-19 di dunia meninggal dalam kondisi mengalami gumpalan darah, masalah jantung, dan sepsis.
"Tidak masuk akal untuk menerapkan pola pikir Maret 2020 semacam ini (dengan cara) pemahaman bahwa hanya pneumonia yang dapat membunuh Anda (pasien COVID-19). Padahal kita tahu bahwa di era pasca-vaksin, ada berbagai macam komplikasi medis," beber Mazer dikutip dari Reuters, Rabu (21/12).
(vyp/naf)











































