WHO Sentil Data COVID-19 China, Kasus Resmi Rendah tapi Krematorium Penuh

WHO Sentil Data COVID-19 China, Kasus Resmi Rendah tapi Krematorium Penuh

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 22 Des 2022 14:00 WIB
WHO Sentil Data COVID-19 China, Kasus Resmi Rendah tapi Krematorium Penuh
Situasi COVID-19 di China (Foto: AP/Ng Han Guan)
Jakarta -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti, China kini berjuang keras untuk menjaga penghitungan kasus COVID-19 yang melonjak. Menurutnya, angka resmi yang dilaporkan China terkait jumlah kasus COVID-19 tidak bisa diandalkan lantaran pengujian dilakukan dengan terbatas semenjak aturan ketat 'Zero-COVID' dilonggarkan baru-baru ini.

"Di China, yang dilaporkan adalah jumlah kasus yang relatif rendah di ICU, tetapi secara anekdot ICU sudah penuh," ungkap Direktur Dedaruratan WHO Mike Ryan dikutip dari Reuters, Kamis (22/12/2022).

"Saya tidak ingin mengatakan bahwa China secara aktif tidak memberi tahu kami apa yang sedang terjadi. Saya pikir mereka berada di belakang kurva," imbuhnya terkait sulitnya pengumpulan dan akses data di China terkait kasus COVID-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemarin, Rabu (21/12), Reuters juga melaporkan adanya puluhan mobil jenazah mengantre di depan krematorium. Yakni di krematorium di distrik Tongzhou Beijing, terdapat sekitar 40 mobil jenazah menunggu masuk. Di dalam area krematorium, terpantau ada keluarga mengenakan baju putih berkumpul dengan ada sekitar 20 peti mati menunggu untuk dikremasi.

Padahal pada Selasa, China hanya melaporkan sebanyak 5 kasus kematian pasien COVID-19. Menyusul itu, kini muncul kritik terhadap penghitungan kasus COVID-19 di China.

ADVERTISEMENT

WHO menyebut, siap bekerja sama dengan China untuk memperbaiki metode pengumpulan data seputar faktor kritis seperti rawat inap dan kematian.

Ryan mencatat bahwa telah terjadi kenaikan tingkat vaksinasi COVID-19 di China selama beberapa pekan terakhir. Namun ia menegaskan, masih perlu dilihat lebih lanjut apakah peningkatan cakupan vaksinasi dalam beberapa minggu mendatang efektif mencegah dampak gelombang Omicron.

WHO akan mendorong pekerjaan untuk mengimpor vaksin, sembari mencari metode pengaturan dan lokasi produksi di sebanyak mungkin tempat.

Diketahui, China memiliki sembilan vaksin COVID-19 yang dikembangkan di dalam negeri dan telah disetujui untuk digunakan. Namun hingga kini, belum pembaharuan langkah menghadap varian Omicron yang sangat menular.




(vyp/naf)

Berita Terkait