Kilas Balik Wabah Horor Fentanil dan Temuan Virus Zombie di 2022

ADVERTISEMENT

Year In Review 2022

Kilas Balik Wabah Horor Fentanil dan Temuan Virus Zombie di 2022

Alethea Pricila - detikHealth
Selasa, 27 Des 2022 18:01 WIB
Blood cells, molecule of DNA forming inside the test tube. 3D illustration, conceptual image of science and technology.
Wabah fentanil dan zombie mencengangkan 2022. (Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage)
Jakarta -

Tak hanya COVID-19 yang belum usai, sepanjang 2022 banyak hal yang terjadi. Salah satunya, muncul fenomena dan temuan baru. Mereka muncul dari penelitian atau bahkan zat-zat berbahaya yang digunakan secara terus menerus.

Beberapa fenomena yang menjadi sorotan masyarakat ini adalah wabah 'fentani' di Amerika Serikat dan temuan virus zombie. Kedua fenomena ini menjadi sorotan pada awal Desember dan menghebohkan warga dunia.

Wabah Fentanil

Beberapa waktu lalu, beredar foto yang memperlihatkan situasi gang kecil di Los Angeles, Amerika Serikat yang dipenuhi tunawisma pecandu fentanil yang sedang sakau. Fentanil merupakan suatu obat yang dikembangkan untuk mengobati rasa sakit yang hebat akibat dari penyakit seperti kanker. Meski penggunaan obat ini dalam dosis kecil namun dapat berakibat fatal karena 50 kali lebih kuat dari heroin.

Menurut Badan Penegakan Narkotika Amerika Serikat, fentanil dengan cepat menjadi obat mematikan di AS. Pada April 2020 hingga Maret 2021 di Los Angeles terhitung hampir 2.000 tunawisma meninggal. Angka tersebut dilaporkan terus mengalami peningkatan sebanyak 56 persen dari tahun sebelumnya oleh Departemen Kesehatan Masyarakat Los Angeles County.

Penyalahgunaan narkoba bisa menjadi penyebab atau gejala tunawisma. Kedua hal tersebut bersinggungan dengan gangguan mental. Los Angeles Times menemukan sekitar 51 persen dari kelompok tunawisma mempunyai gangguan mental dan sekitar 46 persen memiliki gangguan penggunaan zat.

Orang yang menggunakan obat ini akan mengalami ketergantungan. Mereka akan tidur yang diikuti oleh sakau akan fentanil dan itu bersifat permanen. Inilah yang membuat banyak tunawisma yang ditemukan tewas tergeletak usai menggunakan fentanil.

Tak hanya itu, seorang balita 21 bulan asal Florissant, Missouri, Amerika Serikat meninggal dunia setelah menelan fentanil. Dua orang dewasa yakni Amanda Tufts (35) dan James Collins (25) didakwa membahayakan kesejahteraan anak.

Temuan Virus Zombie

Awal Desember lalu, dunia dihebohkan dengan temuan 'virus zombie' yang disebut terkubur di bawah danau beku. Virus tersebut diketahui berasal dari permafrost atau lapisan tanah beku yang berada di bawah suhu 0 derajat Celsius selama beberapa tahun, di Siberia Rusia.

Sebuah studi yang dipublikasikan di bioRxiv menyebut para peneliti 'menghidupkan kembali' dan mengelompokkan 13 patogen yang berusia lebih dari 48.500 tahun yang diberi nama 'virus zombie'. Namun ini masih belum ditinjau oleh sejawat dan masih dalam tahap pracetak.

Tim yang meneliti 'virus zombie' ini diketuai oleh seorang ahli mikrobiologi dari French National Centre for Scientific Research, Jean-Marie Alempic. Dikutip dari Sciencealert, para peneliti tersebut mengungkap, virus-virus yang dihidupkan kembali ini berpotensi menjadi ancaman yang signifikan untuk kesehatan masyarakat.

Mereka menyebut ini dilakukan untuk mempelajari potensi keganasan yang bisa saja muncul di masa yang akan datang akibat pemanasan global. Dalam studinya, mereka menetapkan bahwa virus-virus yang telah diekstraksi dari permukaan dingin Siberia yang mencair berbeda dari semua virus yang ada yang diketahui dalam hal genomnya.

Bentuk virus ini bermacam-macam tergantung panjang virusnya yang terpanjang adalah 1.000 nm (nanometer) hingga terpendek 200 nm. Efek dari virus ini berpotensi menular dan dapat memicu masalah kesehatan. Diyakini, di masa mendatang pandemi COVID-19 akan menjadi hal umum karena akan disusul virus yang dilepaskan oleh pencairan permafrost.

"Oleh karena itu, wajar untuk memikirkan risiko partikel virus purba tetap menular dan kembali ke sirkulasi dengan mencairnya lapisan permafrost kuno," tulis ilmuwan, dikutip dari Outlook India.

Meski begitu, para ilmuwan menyebut penemuan virus ini baru puncak gunung es. Artinya, masih ada lebih banyak virus yang berada di bawahnya yang belum ditemukan. Inilah yang membuat studi serta penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan.



Simak Video "Kapan Indonesia Cabut Status Darurat Covid-19?"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT