Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil berkunjung ke Subang, Jabar. Dalam kunjungannya, mereka menyempatkan diri untuk bermain mainan yang sedang ngetren, latto-latto atau nok-nok.
"Mainnok-nok bareng teman (tanda silang). Mainnok-nok bareng Presiden dan Gubernur (tanda centang)," tulis RK dalamakunInstagramnya @ridwankamil, Selasa (27/12/2022).
Manfaat Latto-latto
Clickers ball atau latto-latto merupakan permainan pendulum yang terdiri dari dua bola pemberat yang sama. Kedua bola tersebut terikat dalam seutas tali dengan cincin di atasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mainan ini sudah ada dari tahun 1960-an dan juga populer pada masanya. Mainan ini diketahui bisa bermanfaat untuk melatih konsentrasi dan fokus.
Hal ini dikarenakan diperlukan konsentrasi dan fokus yang tinggi untuk melihat bola tetap bergerak dalam waktu yang lama. Melatih konsentrasi dan fokus sangat disarankan dilakukan sejak masih anak-anak.
Selain melatih konsentrasi dan fokus, latto-latto juga bisa meredakan stres. Terlebih jika bermain bersama buah hati di rumah.
NEXT: Risiko Latto-latto
Risiko Latto-latto
Meskipun mengandung manfaat, ternyata latto-latto juga bisa membahayakan. Apalagi, ketika anak-anak memainkannya tanpa pengawasan orang tua.
Terkadang, anak-anak memainkan permainan ini terlalu dekat dengan wajah. Alhasil, ketika bola tersebut pecah, pecahan materialnya bisa masuk dan mengenai mata, sehingga meningkatkan risiko kebutaan.
Pada awalnya, mainan ini terbuat dari bahan kaca dari 1960-1970. Setelah menyebabkan empat anak Amerika Serikat (AS) cedera di bagian mata, akhirnya mainan ini terbuat dari plastik.
Akan tetapi, permasalahan tersebut tidak terselesaikan karena bahan plastik juga bisa pecah. Namun, risiko yang ditimbulkan latto-latto berbahan dasar plastik tidak separah latto-latto yang berbahan dasar kaca.
Pernah Dilarang di Sejumlah Negara
Buntut empat anak AS yang cedera akibat permainan ini, akhirnya pada 1966 Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) melarang permainan tersebut beredar. Keputusan FDA didukung sejumlah komunitas dan organisasi untuk mencegah kebutaan (Society for the Prevention of Blindness) akibat latto-latto.
Di Mesir, permainan ini juga dilarang namun bukan karena alasan kesehatan. Dikutip dari Groovy History, pemerintah Mesir melarang permainan ini pada 2017 karena dianggap melecehkan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi.
Saat itu, latto-latto disebut dengan "Sisi's balls" yang merujuk pada bagian intim sang presiden. Maka dari itu, permainan ini dianggap melecehkan pemerintah.











































