Kisah Wanita yang Sudah Menopause di Usia 20-an

Kisah Wanita yang Sudah Menopause di Usia 20-an

Hana Nushratu - detikHealth
Jumat, 30 Des 2022 19:09 WIB
Kisah Wanita yang Sudah Menopause di Usia 20-an
Menopause di usia 20-an tahun (Foto: Getty Images/iStockphoto/Chinnapong)
Jakarta -

Menopause adalah kondisi di mana masa menstruasi seorang wanita berakhir. Biasanya, menopause terjadi pada wanita berusia 45-55 tahun.

Akan tetapi, Emma Delaney mengalami menopause pada 2013 di usianya yang menginjak 25 tahun. Wanita asal Inggris ini mengetahui hal tersebut saat dirinya sedang berkonsultasi mengenai haidnya yang tidak kunjung datang.

Dikutip dari BBC, Emma sangat terkejut dan pikirannya kalut begitu mendengar diagnosis tersebut. Ia berpikir bahwa dirinya tidak akan bisa hamil dan melahirkan seumur hidupnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak tahu bagaimana harus bereaksi, dia (dokter) mengatakan kepada saya seolah-olah saya kehilangan kunci sehingga saya tidak dapat memiliki anak," Emma.

Emma adalah bagian dari kelompok wanita yang terkena kondisi yang disebut Insufisiensi Ovarium Primer (POI), yang mengacu pada segala bentuk menopause di bawah usia 40 tahun.

ADVERTISEMENT

Wanita dengan kondisi POI, kerap mengalami gejala menopause hingga memasuki usia 50-an. Hingga saat ini, belum ada penyebab atau pemicu pasti mengenai penyakit ini.

Sekitar satu dari 100 wanita di Inggris dipengaruhi oleh kondisi tersebut dan para ahli percaya hal itu bisa lebih banyak dari itu. Akan tetapi, perbincangan tentang menopause masih dianggap tabu di sana.

Apa Itu Menopause?

"Sama sekali tidak ada percakapan yang cukup tentang menopause pada kelompok usia yang lebih muda," kata dokter NHS sekaligus seleb TikTok dengan spesialisasi perawatan menopause dr Nighat Arif.

"Biasanya, Anda melihat wanita yang lebih tua, berkulit putih, berambut abu-abu, mengibarkan kipas angin. Itu tidak representatif," lanjutnya.

Untuk beberapa orang seperti Emma, tidak jelas mengapa indung telur mereka tidak berfungsi. Namun POI juga dapat disebabkan oleh kondisi autoimun, kelainan kromosom, atau pembedahan pada rahim atau indung telur.

Selain mempengaruhi kondisi fisik, menopause dini juga mempengaruhi kondisi psikis. Setelah dokter Emma menyampaikan kabar tersebut kepadanya, dia menangis sendirian di mobilnya selama satu jam.

Emma hampir tidak tahu apa-apa tentang menopause, kecuali apa yang dia dengar dari wanita yang lebih tua di salon rambut Manchester yang sibuk tempat dia bekerja. Kini impiannya merawat dua anaknya sendiri telah sirna.

Selama beberapa bulan berikutnya, Emma memakai tablet terapi sulih hormon (HRT). Dia mengetahui bahwa indung telurnya telah berhenti berfungsi dan tubuhnya tidak menghasilkan cukup estrogen dan progesteron yang merupakan hormon pengatur siklus menstruasi.

Ketidakseimbangan tersebut telah mempengaruhi kesehatannya selama bertahun-tahun.

NEXT: Tekanan Fisik dan Psikis

Tekanan Fisik dan Psikis

Emma mengalami berbagai gejala akibat ketidakseimbangan hormon. Gejala yang dialami Emma di antaranya

  • Kabut otak (brain fog)
  • Selalu merasa kepanasan (hot flashes)
  • Insomnia

Dia selalu merasa tertekan dengan lingkungan sekitarnya. Ibunya yang memasuki usia awal 40-an belum mengalami menopause. Sementara itu, tekanan juga datang dari teman-temannya yang sudah menikah dan memiliki anak.

"Rasanya tidak ada yang mengerti saya," ujar Emma.

Ketika masuk ke dunia kerja, Emma enggan mendiskusikan soal POI atau menopause dininya. Justru, ia lebih memilih kegiatan-kegiatan seperti kencan buta atau makan malam besar yang kebalikan dengan impiannya menjadi seorang ibu.

"Saya merusak diri saya dengan alkohol dan seks. Saya tidak menyadari betapa saya perlu membicarakannya dengan seseorang," jelasnya.

Kondisi Emma Sekarang

Setelah bertahun-tahun berusaha menghilangkan rasa sakit akibat diagnosisnya, Emma akhirnya mulai terbuka soal pengalamannya. Dia mulai dengan menjelaskan perasaannya kepada seorang konselor, yang membantunya merasa lebih seperti dirinya lagi.

"Apa pun diagnosis saya, saya tetaplah saya. Saya lebih dari diagnosis saya," ujar Emma.

"Itu adalah pelajaran besar untuk dipelajari," bebernya.

Beberapa tahun yang lalu, dia bertemu dengan seorang pasangan yang memahami kondisinya, dan kini mereka hidup bersama.

Di Instagram, dia mengikuti tagar yang berkaitan dengan menopause dan menemukan sebuah badan amal yang didirikan untuk memberikan informasi dan dukungan kepada wanita dengan POI Daisy Network. Untuk pertama kalinya, dia berbicara kepada orang lain yang mengerti apa yang dia alami.

Kini usia Emma sudah 34 tahun, dia pikir masa depannya mungkin termasuk anak-anak. Donasi telur dan IVF akan terlalu mengecewakan, katanya. Oleh sebab itu, dia mempertimbangkan untuk mengasuh dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam kesehariannya, Emma terkadang mengenakan T-shirt hitam ke salon, dengan slogan "Make Menopause Matter" yang tertulis di dadanya. Itu tertutup noda karena berceceran dengan pemutih.

Kliennya akan berkomentar bahwa dia terlalu muda untuk menopause dan dia akan menjelaskan situasinya saat dia membenahi akarnya.

"Itu (menyebarkan tentang menopause) membuat saya bangga bahwa saya menyebarkan berita untuk setiap wanita," pungkas Emma.

Halaman 2 dari 2
(hnu/kna)

Berita Terkait