Lebih dari 15 ribu orang teken petisi 'kembalikan' work from home (WFH). Banyak di antara mereka yang merasa produktivitas tetap tinggi meski kerjaan dilakukan dari rumah.
Seperti diketahui, aturan pembatasan kerumunan ditiadakan sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut, dengan alasan tren kasus COVID-19 rendah 10 bulan terakhir. Otomatis, kebijakan WFH juga tidak lagi diberlakukan.
Kata Mereka yang Ingin WFH
Iqbal misalnya, pegawai swasta di Surabaya, ia mengaku memilih WFH lantaran merasa lebih produktif. Ada beberapa waktu 'kosong' di kantor yang menurutnya bisa diisi dengan kegiatan atau aktivitas lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika WFH, waktu kosong tersebut bisa diganti dengan kegiatan produktif lain seperti misalnya mengerjakan tugas freelance. ''Karena aku banyak kerjaan sampingan sebenarnya, waktu WFH bisa lebih fokus karena minim distraksi juga sih,'' cerita dia saat dihubungi detikcom Rabu (4/1/2023).
Senada, Dian sebagai pekerja swasta di Jakarta yang berdomisili Tangerang, mengaku banyak waktu yang bisa dimanfaatkan dengan WFH. Hal ini dikarenakan jarak yang ditempuh menuju tempat kantor.
''Saya menilai WFH lebih efektif, karena rumah saya di pinggiran Jakarta ya. Kalau WFO malah jadinya capek di jalan, soalnya saya juga pengguna transportasi umum. Pas sampai tempat kerja jadinya capek duluan dan nggak mood,'' lanjutnya.
Hal yang sama juga diutarakan Vidya, pekerja swasta domisili Bekasi ini merasa energi yang dihabiskan untuk perjalanan work from office bisa sampai dua hingga tiga jam. Lain hal jika WFH, ia bisa menyempatkan diri untuk berolahraga dengan total waktu perjalanan yang dihabiskan menuju kantor.
''Kalau WFH, dua hingga tiga jam kena macet itu bisa dipakai buat yang lebih berguna misalnya olahraga,'' sebut dia.
(naf/suc)











































