Kasus chiki ngebul bikin resah warga khususnya orangtua, belakangan sejumlah daerah mengimbau pelarangan jajanan diolah nitrogen cair. Pasalnya, dalam kasus 'korban' chiki ngebul, diyakini sisa nitrogen cair terminum hingga salah satu anak dari 11 korban yang dilaporkan keracunan, menjalani operasi lambung.
Teranyar, Dinas Kesehatan Bali mengimbau pedagang chiki ngebul menyetop sementara penjualan. Disusul Walikota Bandung yang juga meminta chiki ngebul dilarang dijual, menanggapi korban anak dirawat di RS.
"Kami akan pantau dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta berkoordinasi dengan Kadis MDA, Desa Adat, dan Dinas Pendidikan. Untuk saat ini kami mengimbau para pedagang chiki ngebul agar tidak berjualan dulu sementara waktu, sampai benar-benar ditemukan cara yang benar-benar aman dalam mencampur nitrogen ke makanan," papar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom, Senin (16/1/2023).
Memang Apa Sih Risikonya?
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Muzal Kadim SpA(K) menuturkan, pada dasarnya nitrogen dalam bentuk gas bukanlah zat berbahaya. Sebab, udara yang dihirup manusia sehari-hari mengandung nitrogen.
Lain halnya jika gas nitrogen yang diubah dalam bentuk cair. Dituturkan Dr Muzal, mencairkan gas nitrogen perlu tekanan dan suhu yang sangat tinggi.
"(Untuk mencairkan gas nitrogen) teknologinya perlu dengan tekanan yang tinggi sekali dan suhu yang tinggi sekali," ujar Dr Muzal dalam Konferensi Pers Virtual, Selasa (17/1/2023).
Proses mengubah dari zat gas ke cair, membutuhkan suhu hingga -196 derajat celcius. Nitrogen cair menguap dengan cepat, dengan perbandingan 1 ml cairan menjadi 700 ml gas.
Sementara itu, usus anak-anak hanya bisa menampung kurang dari 100 ml gas. Maka dari itu, jika tertelan dapat menyebabkan perforasi (kebocoran) lambung.
"Sebenarnya tidak boleh lagi ada cairan yang tertelan," kata Dr Muzal.
NEXT: Picu Kondisi Frostbite, Apa Itu?