Populasi Menyusut, Begini Pengakuan Warga China yang Ogah Punya Anak

Populasi Menyusut, Begini Pengakuan Warga China yang Ogah Punya Anak

Vidya Pinandhita - detikHealth
Selasa, 17 Jan 2023 16:00 WIB
Populasi Menyusut, Begini Pengakuan Warga China yang Ogah Punya Anak
pengakuan warga China soal ogah punya anak (Foto: AP/Andy Wong)
Jakarta -

Pertama kalinya dalam enam dekade, populasi China terpantau turun tahun lalu. Penurunan tersebut merupakan perubahan bersejarah yang diprediksi bakal menjadi awal mula periode panjang penurunan jumlah warga China. Nantinya, bakal berimbas pada perekonomian dunia.

Penurunan ini juga diyakini menjadi yang terburuk sejak 1961 yakni tahun terakhir kelaparan hebat di China. Dengan penurunan tersebut, semakin kuat prediksi yang menyebut India akan menjadi negara paling populer di dunia tahun ini.

Pencarian online untuk 'kereta bayi' di mesin pencarian Baidu China turun 17 persen pada 2022 dan 41 persen sejak 2018. Pencarian terkait botol bayi juga menurun lebih dari sepertiga sejak 2018. Sebaliknya, pencarian terkait panti jompo melonjak delapan kali lipat setahun terakhir ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebalikannya terjadi di India. Google Trends mencatat penelusuran terkait botol bayi meningkat 15 persen dari tahun ke tahun. Penelusuran untuk tempat tidur bayi naik hampir lima kali lipat.

Biro Statistik Nasional di China mencatat, populasi China telah menurun sekitar 850 ribu, menjadi 1,4 miliar terhitung hingga akhir 2022.

ADVERTISEMENT

Dalam jangka panjang, para pakar PBB melihat populasi China menyusut hingga 109 juta pada tahun 2050. Penurunan tersebut lebih dari tiga kali lipat prediksi penurunan sebelumnya pada 2019.

Ahli demografi domestik menyoroti China akan menjadi tua sebelum kaya. Pergerakan ekonomi akan melambat karena pendapatan menurun, sementara utang pemerintah meningkat imbas lonjakan biaya kesehatan dan kesejahteraan.

"Prospek demografis dan ekonomi China jauh lebih suram dari yang diperkirakan. China harus menyesuaikan kebijakan sosial, ekonomi, pertahanan, dan luar negerinya," kata ahli demografi Yi Fuxian, dikutip dari Reuters, Selasa (17/1/2029).

NEXT: Apa sih yang bikin sebegitu ogah punya anak? Begini curhat warga China

Simak Video 'Sorotan Ahli Demografi soal Menyusutnya Populasi di China':

[Gambas:Video 20detik]



Sebelumnya pada 1980-2015, China memberlakukan kebijakan satu anak. Beredar anggapan, kebijakan inilah yang kemudian memicu banyak warga China tidak ingin memiliki lebih dari satu anak, bahkan ogah memiliki anak sama sekali.

Kini penurunan jumlah populasi tersebut menjadi trending topic di media sosial China. Salah satu tagar yang beredar berbunyi '#Apakah penting memiliki keturunan?'

"Alasan paling dasar perempuan tidak ingin punya anak bukan berasal dari diri sendiri, melainkan kegagalan masyarakat dan laki-laki untuk memikul tanggung jawab dalam membesarkan anak," beber seorang netizen dengan nama pengguna Joyful Ned.

"Bagi perempuan yang melahirkan, masalah tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup yang serius. Juga kehidupan spiritual," sambungnya.

Di samping itu, pakar populasi juga meyakini bahwa warga China banyak ogah punya anak akibat diterapkannya kebijakan ketat 'Zero COVID' selama tiga tahun terakhir, sebelum akhirnya dicabut pada Desember 2022. Saking ketatnya, kebijakan tersebut diyakini telah menyebabkan kerusakan pada prospek demografis di China.

Sejak 2021, pemerintah daerah telah mengupayakan sejumlah langkah untuk mendorong warga agar memiliki anak. Di antaranya dengan pengurangan pajak, perpanjangan durasi cuti melahirkan, hingga subsidi perumahan. Presiden Xi Jinping juga menyebut bakal memberlakukan kebijakan dukungan lebih lanjut.

Namun, langkah-langkah tersebut sejauh ini tidak banyak membantu menahan tren peningkatan angka kelahiran dalam jangka waktu panjang.

Halaman 2 dari 2
(vyp/naf)

Berita Terkait