Terkuak, Dokter di China Diminta Tak Tulis COVID Penyebab Kematian Pasien

ADVERTISEMENT

Terkuak, Dokter di China Diminta Tak Tulis COVID Penyebab Kematian Pasien

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Rabu, 18 Jan 2023 14:30 WIB
In this photo released by Xinhua News Agency, A medical worker helps a patient on the intravenous drip at a community healthcare institution in Shanghai, China, Monday, Jan. 5, 2023. As COVID-19 rips through China, other countries and the WHO are calling on its government to share more comprehensive data on the outbreak, with some even saying many of the numbers it is reporting are meaningless. (Fang Zhe/Xinhua via AP)
Corona di China. (Foto: AP/Fang Zhe)
Jakarta -

Sebuah fakta soal kondisi pandemi COVID-19 di China kembali terkuak. Sejumlah dokter di China mengaku diminta tidak menuliskan COVID-19 sebagai penyebab kematian pasien selama bertugas di saat lonjakan kasus terjadi.

Seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta mengungkapkan adanya pemberitahuan yang terpasang di unit gawat darurat yang berbunyi. Dalam pemberitahuan itu, dokter diminta tidak menulis kegagalan pernapasan sebagai COVID pada sertifikat kematian.

Menurut aturan itu, dokter harus menuliskan bahwa penyakit bawaan yang menjadi penyebab utama kematian pasien.

Jika dokter yakin kematian pasien semata-mata disebabkan pneumonia COVID-19, mereka harus melapor kepada atasannya. Selanjutnya, membuat dua tingkat konsultasi ahli sebelum mengkonfirmasi kematian akibat COVID-19.

Dikutip dari Reuters, sebanyak enam dokter di berbagai rumah sakit umum di China mengatakan mereka mendapat instruksi lisan serupa yang melarang mengaitkan kematian dengan COVID-19.

Hal ini juga diungkapkan oleh beberapa kerabat orang yang meninggal karena COVID-19. Mereka mengungkapkan penyakit itu, COVID-19, tidak tertulis di sertifikat kematian.

Bahkan, beberapa pasien melapor tidak dites virus Corona meskipun datang ke rumah sakit dengan gejala pernapasan.

"Kami sudah tidak mengklasifikasikan kematian akibat COVID sejak pembukaan kembali pada Desember," jelas seorang dokter di rumah sakit umum besar di Shanghai yang dikutip dari Reuters, Rabu (18/1/2023).

"Tidak ada gunanya melakukan itu karena hampir semua orang positif (COVID)," sambungnya.

Terkait aturan tersebut tentunya memicu kritik dari para pakar kesehatan global dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, dari Pusat Pengendalian Penyakit China (CDC) dan Komisi Kesehatan Nasional (NHC) masih belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Para dokter yang ada di dalam artikel ini menolak disebutkan namanya karena tidak diperbolehkan berbicara pada media. Beberapa dokter mengaku diberitahu panduan semacam itu berasal dari pemerintah, tetapi tidak ada yang tahu dari departemen apa.

Situasi seperti ini biasa terjadi di China, saat instruksi sensitif disebarluaskan secara politis. Namun, sebanyak tiga dokter lain di rumah sakit umum di berbagai kota tidak mengetahui adanya aturan semacam itu.



Simak Video "99% Warga RI Kebal Covid-19, Kemenkes: Kuncinya Kelengkapan Vaksin"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT