Sejak kebijakan zero-COVID dicabut pada Desember 2022, sekitar 80 persen populasi di China telah terinfeksi COVID-19. China juga melaporkan total kematian sejak Desember mencapai 60 ribu jiwa, tetapi itu belum tentu mencerminkan situasi yang sebenarnya.
Dikutip dari BBC, itu karena kematian yang dihitung hanya yang terjadi di rumah sakit. Sementara di desa-desa, hanya ada sedikit layanan kesehatan dan pengidap COVID-19 yang meninggal di rumah sebagian besar tidak dihitung.
Meningkatnya kasus kematian terkait COVID-19 juga terlihat dari semakin banyaknya permintaan peti mati dari warga di China. Di wilayah Xinzhou di provinsi Shanxi utara, China, pembuat peti mati sedang sibuk membuat banyaknya pesanan yang diterima.
Selama beberapa bulan terakhir, para pembuat peti mengatakan tidak punya waktu untuk berhenti. Bahkan, terkadang peti mati bisa terjual habis.
Situasi Krematorium di China
Di wilayah Shanxi, orang-orang yang bekerja di industri pemakaman mengatakan adanya peningkatan kasus kematian dan menyebut bahwa wabah Corona sebagai penyebabnya. Selain itu, terjadi ledakan permintaan untuk dekorasi atau karya seni untuk pemakaman, bahkan jumlahnya 2-3 kali lebih besar dari biasanya.
"Beberapa orang yang sakit sudah sangat lemah dari awal. Kemudian, mereka terkena COVID dan tubuh tua mereka tidak bisa menahan (sakitnya)," kata seorang pekerja di sebuah krematorium, dikutip dari BBC, Jumat (27/1/2023).
Salah satu yang memesan dekorasi untuk pemakaman adalah Wang Peiwei. Ia baru saja kehilangan saudara perempuan iparnya.
Halaman rumah keluarga itu dipenuhi dengan hiasan-hiasan untuk upacara pemakaman. Wang juga menjelaskan sedikit kondisi yang dialami saudaranya sebelum meninggal dunia.
"Setelah ia terkena COVID, ia mengalami demam tinggi dan organ-organ tubuhnya mulai berhenti berfungsi. Sistem imunnya tidak cukup kuat untuk bertahan," jelas Wang.
NEXT: Banyak Jenazah Dikubur di Lahan Pertanian
Simak Video "Bantahan China soal Tudingan Tidak Transparan Terkait Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]