Kerap Dialami Turis, Kok Bisa Verrell Bramasta Kena Bali Belly?

ADVERTISEMENT

Kerap Dialami Turis, Kok Bisa Verrell Bramasta Kena Bali Belly?

Hana Nushratu - detikHealth
Kamis, 02 Feb 2023 14:26 WIB
Verrel Bramasta terserang bali belly
Verrel Bramasta dilarikan ke RS usai terkena Bali Belly. (Foto: Instagram @bramastavrl)
Jakarta -

Verrel Bramasta dilarikan ke rumah sakit dan terbaring lemas di atas kasur dengan tangan diinfus. Dalam keterangan, Verrell mengaku terkena penyakit Bali Belly saat liburan di Bali.

"Bali belly," tulisnya di caption Instagram Story miliknya seperti yang dilihat detikcom, Kamis (2/2/2023).

Sejauh ini belum diketahui pemicu Bali Belly yang dialami Verrel. Namun hal ini kerap erat kaitannya dengan konsumsi makanan.

Bali Belly merupakan sebuah istilah yang merujuk pada diare yang dialami oleh seorang turis atau pelancong, sepulangnya dari Bali. Selain Bali Belly, ada juga istilah lain yang memiliki arti serupa seperti Delhi Belly atau Montezuma's Revenge.

Seorang turis Irlandia bernama Tammy Whellan menceritakan pengalamannya terkena 'Bali Belly' setelah melancong ke Bali selama tiga hari. Melalui videonya di TikTok, Whellan menyebutkan gejala yang ia alami.

"Anda tidak bisa (lebih dari) empat meter (dari) toilet dan maksud saya Anda akan mengeluarkan kotoran dari mulut dan pantat Anda secara bersamaan," ujar Whellan dikutip dari NZ Herald, Kamis (2/2/2023).

"Memikirkan makanan akan membuat Anda sakit secara fisik dan Anda akan mengalami dehidrasi parah. Dan pada gilirannya Anda akan berhalusinasi," lanjutnya.

Video Whellan viral dan menarik jutaan penonton. Setelah itu, ia membuat video 'update' terkait kabarnya yang sudah kembali ke kondisi semula.

"Saya tidak bisa makan apa pun, saya sangat cemas. (Tetapi) Bali Belly sudah berakir. Saya sudah selesai dengan itu dan dia sudah selesai dengan saya," kata Whellan.

Founder Femma sekaligus dokter di Australia Dr Emma Rees, menuturkan Bali Belly disebabkan oleh bakteri yang tertelan dari makanan atau air yang terkontaminasi. Gejala Bali Belly bisa sampai lima hari.

"Anda mungkin mengalami diare, sakit perut, keringat panas dan dingin, serta nyeri sendi," kata Rees.

"Sakit kepala juga merupakan gejala yang mungkin terjadi dan ini dapat mengindikasikan dehidrasi yang merupakan risiko klinis utama diare saat bepergian," lanjutnya.

Dalam unggahan di Facebook, seorang wanita juga menceritakan terkait pengalaman Bali Belly yang dialami seorang anggota keluarganya. Dalam unggahan anonim, Bali Belly disebabkan setelah mengonsumsi air keran.

"Coba tebak. Dia sakit sepanjang hari dengan Bali Belly dan sakit telinga. Banyak muntah dan omong kosong," tulis akun tersebut.

Diare yang menyerang para pelancong kerap terjadi, khususnya di negara-negara seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Maka dari itu, harus dipastikan bahwa air yang diminum sudah disaring, direbus, atau dibotolkan.

"Hindari es karena ini bisa dibuat dari air yang terkontaminasi, begitu juga salad dan buah mungkin sudah dicuci dengan air yang terkontaminasi," kata Rees.

"Jika bisa, cuci ulang barang-barang tersebut dengan air kemasan atau air yang disaring. Hindari prasmanan dengan makanan yang diletakkan di luar dalam kondisi sedang karena makanan dapat menghangat hingga suhu yang optimal bagi bakteri untuk bereplikasi. Pastikan Anda makan dan minum di tempat yang memiliki reputasi baik," lanjutnya.

Rees menuturkan penyakit Bali Belly atau diare pelancong merupakan penyakit yang sangat umum. Sekitar setengah atau sepertiga turis yang mengalaminya.

Perusahaan asuransi perjalanan Cover-More memiliki tim medis yang membantu 1.174 turis asal Australia yang terkena gastroenteritis pada 2022 dengan 112 di antaranya berasal dari Bali. Sementara itu, pada 2016 tedapat 1.457 turis Australia yang mengalami gastroenteritis.

"Pada tahun 2022, biaya 1.174 kasus medis lebih dari USD 3,5 juta, rata-rata sekitar USD 3.000 per kasus, dibandingkan dengan USD 400, lebih dari dua kali lipat. Jadi, sangat penting untuk memiliki asuransi perjalanan yang baik untuk menutupi pengeluaran yang tidak direncanakan dan menyakitkan ini," kata direktur pelaksana Asuransi Perjalanan Cover-More Todd Nelson.

Setiap kasus berbeda, dengan beberapa lebih parah dari yang lain yang mungkin memerlukan perawatan medis atau rawat inap, pembatalan dan biaya akomodasi tambahan. Nelson menuturkan perusahaan asuransi melihat profit untuk perjalanan global pada tahun 2022 setelah dua tahun yang terburuk dari pandemi COVID-19.

"Dan sementara jumlah kasus keracunan makanan lebih rendah dari 2016, kemungkinan itu merupakan kombinasi dari jumlah pelancong yang lebih rendah dan kebiasaan kebersihan pribadi yang lebih baik akibat COVID dan mudah-mudahan, peningkatan dalam praktik penanganan makanan," kata Nelson.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT