Hati-hati Pamer Body Count di Medsos, Jejak Digital Tidak Bisa Hilang!

ADVERTISEMENT

Hati-hati Pamer Body Count di Medsos, Jejak Digital Tidak Bisa Hilang!

Khairunnisa Adinda Kinanti - detikHealth
Selasa, 07 Feb 2023 07:26 WIB
Jakarta -

Awal tren 'body count challenge' ramai di jagat maya negeri barat. Orang-orang Indonesia pun kerap mengikuti tren tersebut dan dibagikan melalui aplikasi TikTok. Melalui tren ini, banyak orang yang secara terang-terangan memberitahu perihal jumlah body count.

Dalam konteks, body count merujuk pada aktivitas seksual. Di mana semakin besar angka body count, maka semakin banyak pula orang yang menjadi pasangannya dalam melakukan hubungan seks. Hal ini merujuk pada harus berhati-hati dalam menggunakan sosial media, terlebih jika menyebarluaskan jumlah body count.

"Ini kan sama dengan salah satu konsep yang kita pelajari juga di psikologi. Bahwa ketika suatu hal dilakukan bersama atau secara massal, keberanian itu makin muncul. Karena identity-nya bukan lagi pribadi, melainkan identity bersama. Sehingga lebih aman untuk bercerita dan membuka diri. Tapi, kita perlu bijaksana ya dalam menyikapi hal-hal yang kita share di media sosial. Karena itu adalah jejak yang tidak akan pernah bisa dihapus,"

"Artinya, hal-hal yang kita share, apalagi itu hal-hal pribadi kita, itu bisa menjadi konsumsi untuk orang lain, untuk publik yang bahkan kita tidak tahu (tidak kenal). Kita jadi harus bertanggung jawab atas setiap apa yang kita utarakan di media sosial. Perlu dicermati kalau mau sharing, apalagi kalau mau sharing soal body count kita dan hal-hal yang sifatnya private tentang kehidupan seksual, itu harus hati-hati banget, sih,"

Ada beberapa cara jika kerabat dekat dari kita ikut-ikutan tren dan menyebarluaskan jumlah body count atau konten-konten personal ke sosial media. Yakni ditegur, ditanya alasannya, dan terakhir jika memang tidak suka dengan pembahasan tersebut, bisa menjauh dari perkumpulan tersebut.

"Ada beberapa cara, satu asertif. Kalau kita cukup dekat sama orangnya dan cukup nyaman untuk bicara blak-blakan asertif, ngomong 'Eh ngomong yang lain kek, saya nggak nyaman ngomongin gituan'. Dua, cukup dekat. Kamu juga termasuk orang yang cukup suka ngobrol ingin tahu alasan di baliknya, tanya aja 'By the way, kenapa sih kamu kayak gitu? Tapi kok kamu bangga ya? Saya penasaran saja sih'. Dengarkan saja, karena dengan begitu bisa mengetahui isi kepala temen kamu apa," ungkap Veronica Adesla, M.Psi, Psikolog.

"Yang ketiga alihin saja pembicaraan ke yang lain. Jadi pas dia ngomong itu 'oh gitu' jadi pembicaraan teralih. Di situ jika kamu sudah kayak nggak bisa mengalihkan pembicaraan tapi kamu nggak nyaman dengan pembicaraan itu, tinggalin dulu dan pindah ke tempat yang lain," pungkasnya.

(mjt/mjt)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT