Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia, AJi Rachmat Purwanto meninggal dunia setelah dipatuk oleh ular king cobra. Perwakilan narahubung sementara Sioux Indonesia, Rizky Akbar mengatakan almarhum dipatuk ular ketika tengah mengisi acara pelatihan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 12 Februari.
Aji juga sempat dibawa ke rumah sakit setelah dipatuk king kobra, akan tetapi nyawanya tak tertolong. Dia mengembuskan napas terakhir pada Selasa (14/2) pukul 01.32 WITA. Kabar duka ini pun turut diunggah di akun Instagram resmi Sioux Indonesia.
"Telah berpulang kerohmatullah kakak kami, saudara kami, pendiri Sioux yayasan ular indonesia, founder lareangon indonesia AJI RACHMAT PURWANTO, Pada hari ini selasa tanggal 14 februari," tulis unggahan tersebut, dikutip Selasa (14/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Live Science, king kobra merupakan ular dengan nama "kobra" tetapi bukan termasuk anggota genus Naja. Kobra dan king kobra berasal dari genus yang berbeda. Secara genetik, kobra termasuk ke dalam anggota dari genus Naja. Sementara, king kobra adalah anggota genus Ophiophagus Hannah.
Bisa atau racun king kobra berwarna kuning keemasan dan kental, yang mengandung sitotoksin, neurotoksin, hingga efek kardiotoksik. Menurut National Graphic bisa king kobra tidak mengandung racun yang paling kuat di antara ular berbisa lainnya. Namun, jumlah neurotoksin yang dikeluarkan dalam satu gigitan bisa mencapai dua per sepuluh ons cairan, cukup untuk membunuh 20 orang atau seekor gajah.
"King kobra adalah spesies ular berbisa terpanjang di dunia. Meskipun mereka dapat mencapai panjang hingga 18 kaki, panjang rata-rata mereka adalah 10 hingga 13 kaki," kata Sara Viernum, seorang ahli herpetologi yang berbasis di Madison, Wisconsin.
Pertolongan Pertama Jika Dipatuk Ular
Pakar toksikologi ular, dr Tri Maharani beberapa waktu lalu memberikan informasi terkait pertolongan pertama apabila digigit ular. Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah imobilisasi atau mengurangi pergerakan di area tubuh yang tergigit. Kemudian area tubuh yang tergigit ular dapat ditahan dengan spalk maupun elastic bandage.
"Untuk yang tidak tahu jenis ularnya, maka cukup dengan spalk aja. Tetapi kalau kita tahu itu (ular) neurotoxin, kita tambahkan dengan elastic bandage, ini yang dilakukan oleh orang-orang Australia karena ular Australia itu elapid neurotoxin," ucapnya saat ditemui di Jakarta.
"Kenapa menggunakan elastic bandage? Jadi karena neurotoxin itu cepat tuh menimbulkan kematian karena gagal napas karena kelumpuhan otot-otot, maka kita harus men-delay secepat mungkin dengan cara yang paling jitu. Ternyata cara yang paling jitu bukan imobilisasi, tapi ditambah dengan bandage-tan atau penekanan supaya ototnya tidak gerak, jadi bukan diikat," tuturnya lagi.
Adapun pemberian penekanan ini agar otot tubuh tak berkontraksi dengan tujuan untuk menunda racun menjalar ke seluruh tubuh dan merusak organ-organ tubuh. Pasalnya, bisa ular menyebar melalui kelenjar getah bening. Apabila otot-otot bergerak, kelenjar getah bening akan mengalirkan bisa ular.
"Ini menekan saja supaya ototnya tidak kontraksi. Padahal sasaran kita kan bukan pembuluh darah, tapi kelenjar getah beningnya tidak melakukan aktivasi pumping atau aktivasi pompa akibat ototnya bergerak tadi," imbuhnya.
"King kobra dan kobra itu lebih berat karena dia gagal ginjal, gagal napas, gagal jantung, jadi dia harus ditekan di tempat gigitan tadi, dipresser ototnya, dan diimobilisasi dengan spalk. Jadi ada tiga ini, imobilisasi yang tadi. Tapi kalau kita tidak tahu jenis ularnya, ya pakai imobilisasi atau spalk biasa," tuturnya lagi.
Secara umum, beberapa hal berikut ini bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama jika digigit ular, di antaranya:
- Pertolongan awal atau first aid, yaitu mengurangi pergerakan dan memasang bidai dari kayu, bambu, atau kardus
- Panggil ambulan, lalu bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
- Untuk mengantisipasinya, sebaiknya seseorang perlu mengetahui dan menerapkan cara-cara agar terhindar dari gigitan ular.
- Memakai alat pengaman diri
- Menjaga rumah tetap bersih dari hewan yang dapat dimakan ular, misalnya tikus, katak, hingga unggas
- Hindari tidur di lantai atau di tanah. Sebaiknya tidur di tempat tidur yang tinggi menggunakan kelambu
- Selalu membawa senter di malam hari agar dapat melihat kondisi sekitar
(suc/kna)











































