Kronologi Aji Ketua Sioux Ular Indonesia Meninggal usai Dipatuk King Kobra

Kronologi Aji Ketua Sioux Ular Indonesia Meninggal usai Dipatuk King Kobra

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Rabu, 15 Feb 2023 10:04 WIB
Kronologi Aji Ketua Sioux Ular Indonesia Meninggal usai Dipatuk King Kobra
Foto: Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia, Aji Rachmat (Dok pribadi)
Jakarta -

Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat Purwanto meninggal dunia setelah dipatuk ular king kobra. Aji dipatuk ular king kobra saat mengisi pelatihan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Perwakilan narahubung sementara Sioux Indonesia Rizky Akbar mengatakan Aji dipatuk king kobra pada 12 Februari 2023 saat mengisi acara Basic Training Muscle (BTM). Setelah dipatuk ular itu, Aji segera dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Setibanya di rumah sakit, Aji langsung dirawat di ICU untuk mendapat penanganan akibat tergigit king kobra. Namun dua hari setelahnya, Aji dinyatakan meninggal dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beliau ditakdirkan oleh Allah meninggalkan kita semua pada tanggal 14 Februari 2023, dini hari waktu setempat. Setelah beberapa hari dirawat di ruang ICU di rumah sakit setempat didampingi oleh keluarga dan teman-teman organisasi," ucap Rizky kepada wartawan dikutip dari detikJateng.

Menurut National Graphic bisa king kobra tidak mengandung racun yang paling kuat di antara ular berbisa lainnya. Namun, jumlah neurotoksin yang dikeluarkan dalam satu gigitan bisa mencapai dua per sepuluh ons cairan, cukup untuk membunuh 20 orang atau seekor gajah.

ADVERTISEMENT

"King kobra adalah spesies ular berbisa terpanjang di dunia. Meskipun mereka dapat mencapai panjang hingga 18 kaki, kata Viernum, panjang rata-rata mereka adalah 10 hingga 13 kaki," kata Sara Viernum, seorang ahli herpetologi yang berbasis di Madison, Wisconsin.

Next: Pertolongan pertama digigit ular

Menurut pakar toksikologi ular, dr Tri Maharani mengatakan imobilisasi adalah cara termudah untuk menahan bisa ular di kaki agar tidak meluas. Imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang berbaring dengan pergerakan yang terbatas.

Imobilisasi dilakukan agar otot tubuh tak berkontraksi dengan tujuan untuk menunda racun menjalar ke seluruh tubuh dan merusak organ-organ tubuh. Pasalnya, bisa ular menyebar melalui kelenjar getah bening sehingga jika otot bergerak, maka kelenjar getah bening akan mengalirkan bisa ular.

"King kobra dan kobra itu lebih berat karena dia gagal ginjal, gagal napas, gagal jantung, jadi dia harus ditekan di tempat gigitan tadi, dipresser ototnya, dan diimobilisasi dengan spalk. Jadi ada tiga ini, imobilisasi yang tadi. Tapi kalau kita tidak tahu jenis ularnya, ya pakai imobilisasi atau spalk biasa," beber dr Maha saat dijumpai detikcom beberapa waktu lalu.

Secara umum, beberapa hal berikut ini bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama jika digigit ular, di antaranya:

  • Pertolongan awal atau first aid, yaitu mengurangi pergerakan dan memasang bidai dari kayu, bambu, atau kardus
  • Panggil ambulan, lalu bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
  • Untuk mengantisipasinya, sebaiknya seseorang perlu mengetahui dan menerapkan cara-cara agar terhindar dari gigitan ular.
  • Memakai alat pengaman diri
  • Menjaga rumah tetap bersih dari hewan yang dapat dimakan ular, misalnya tikus, katak, hingga unggas
  • Hindari tidur di lantai atau di tanah. Sebaiknya tidur di tempat tidur yang tinggi menggunakan kelambu
  • Selalu membawa senter di malam hari agar dapat melihat kondisi sekitar

Sementara itu hal yang tidak boleh dilakukan saat tergigit ular yakni:

  • Ditoreh atau dikeluarkan darahnya
  • Rendam air garam
  • Menggunakan obat herbal
  • Memakai batu hitam
  • Dihisap atau disedot
  • Ditusuk jarum di bekas gigitan
  • Dikasih bawang merah
  • Memakai kejutan listrik
  • Dipijat
  • Diikat
  • Pergi ke dukun
Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Bukan Cuma Plantar Fasciitis, Shin Splint Juga Bahaya Bagi Pelari Pemula"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/suc)

Berita Terkait