Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap bisa segera melakukan uji coba vaksin virus Marburg di Guinea Khatulistiwa yang wabahnya mulai diumumkan pertama kali pada Senin (13/2/2023). WHO mengkonfirmasi jika pada saat ini sudah ada sembilan kasus kematian semenjak awal kemunculan virus Marburg.
Selain itu, pada saat ini ada 16 pasien yang dicurigai terinfeksi virus Marburg dan sedang dikarantina. Pejabat kesehatan setempat pun juga memantau 15 orang kontak erat tanpa gejala yang sebelumnya berinteraksi dengan pasien.
Hingga saat ini belum ada vaksin ataupun antivirus yang sudah disetujui untuk mengobati penyakit virus Marburg. Menurut WHO, virus Marburg memiliki tingkat kematian rata-rata hingga 88 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari Selasa, WHO sudah melakukan pertemuan mendesak untuk mengevaluasi beberapa kandidat vaksin yang mungkin akan diberikan selama wabah virus Marburg. Pertemuan dilakukan dengan mempertemukan pengembang vaksin, peneliti, hingga pejabat pemerintah.
Kelompok tersebut sudah dibentuk oleh WHO pada tahun 2021 untuk mempercepat proses pembuatan vaksin virus Marburg.
"Semua hal yang kami lakukan harus dilakukan dengan sigap," ucap Dr Phillip Krause, Ketua Kelompok Pakar Riset Vaksin Covid WHO di pertemuan tersebut, dikutip dari NBCNews, Rabu (15/2/2023).
"Bahkan jika kita akan melakukan studi atas berbagai wabah yang terjadi. Semakin banyak peserta dalam dalam studi itu yang didaftarkan pada setiap wadah, maka semakin besar kemungkinan kita mencapai penyelesaian lebih cepat," sambungnya.
Dalam pertemuan itu juga dibahas lima kandidat vaksin yang mungkin digunakan untuk mengatasi wabah virus Marburg. Tiga di antaranya yaitu Janssen Pharmaceuticals, Public Health Vaccines dan Sabin Vaccine Institute. Ketiganya sudah bisa menyediakan dosis untuk diuji di wabah virus Marburg saat ini.
Vaksin dari Janssen dan Sabin sudah melalui uji klinis fase satu. Sedangkan untuk Public Health Vaccines baru-baru ini terbukti bisa melindungi virus pada monyet. Perizinan untuk pengujian pada manusia pun sudah diajukan.
WHO menjelaskan jika langkah yang akan dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan para ahli independen untuk memilih kandidat vaksin mana yang akan diprioritaskan. WHO juga mengatakan jika pihaknya akan bekerja sama dengan dokter dan pejabat kesehatan di Guinea Khatulistiwa untuk percobaan nantinya.
Virus Marburg dapat menyebar melalui darah, cairan tubuh, ataupun permukaan benda yang sudah terkontaminasi. Marburg termasuk dalam keluarga virus yang sama dengan Ebola. Oleh karena itu, penyakit yang dialami oleh pasiennya akan terlihat serupa.
"Setelah diperiksa akhirnya ditemukan saat itu bahwa ini ada virus dari keluarga Filoviridae namanya. Ini satu keluarga dengan ebola virus yang juga satu kelompok itu," jelas Dicky Budiman, Epidemiolog Universitas Griffith Australia pada detikcom, Rabu (15/2/2023).
Lebih lanjut, Dicky menjelaskan bila virus ini bisa menyebar lantaran orang-orang terkontaminasi ataupun mengonsumsi produk yang tercemar dari kelelawar.
"Karena manusia mengkonsumsi atau terkontaminasi dari kotoran dari hewan kelelawar itu yang menempel di buah, atau produk, atau produk lain yang akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Khususnya di Afrika sana atau pun bisa saja di daerah tropis lain yang memiliki potensi kelelawar buah yang sama," pungkasnya.
Gejala Awal Penyakit Virus Marburg
Gejala awal yang dialami oleh pengidap virus Marburg adalah sebagai berikut:
Demam
Menggigil
Sakit kepala
Mual
Diare
Sakit tenggorokan dan nyeri di dada.
(avk/naf)











































