Terkait penanganan stunting di Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut masih banyak orang yang salah paham perihal pola makan sehat. Sebenarnya, tak harus makan daging sapi yang mahal untuk menjaga kebutuhan gizi tercukupi. Ikan lele yang harganya jauh lebih murah pun sudah cukup.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, SpOG. Menurutnya, orang Indonesia seringkali menginginkan daging sapi lebih daripada ikan. Bukan karena pemenuhan gizi, melainkan untuk bergaya semata mengingat harga daging sapi jauh lebih mahal dibandingkan ikan.
"Mindset tentang pola makan kita masih salah. Mereka masih sering menganggap bahwa daging yang mahal, ikan yang mahal lebih baik daripada ikan yang murah. Padahal lele jauh lebih baik daripada daging," ujar dr Hasto dalam acara Kick Off Pancasila Dalam Tindakan di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daging sapi yang harganya 120 ribu, lele harganya 18 ribu. Untuk ibu hamil dan balita lebih bagus lele. Tapi orang-orang sering menurut saya gaya. Artinya kalau punya hajatan kalau nggak daging disajikan itu tidak merasa keren," sambungnya.
Dalam kesempatan tersebut juga dr Hasto menjelaskan, dalam setahun ada dua juta orang menikah di Indonesia, dengan 1,6 juta di antaranya hamil di tahun pertama pernikahan. Namun dari 1,6 juta kehamilan tersebut, 300 ribu anak dinyatakan stunting.
Mengingat, stunting salah satunya disebabkan oleh masalah pemenuhan gizi. Imbasnya, tubuh anak menjadi pendek, kecerdasan di bawah rata-rata, serta tinggi risiko penyakit di usia dewasa seperti diabetes hingga penyakit kardiovaskular.
"Dia di hari tuanya cenderung sakit-sakitan lebih awal. Kalau orang pendek gemuk, itu gemuknya di tengah (disebut) central obese," pungkas dr Hasto.
(vyp/up)











































