Bukti Baru Vape Bukan Solusi Setop Rokok, Studi Temukan Risiko Kena Kanker Mulut

Bukti Baru Vape Bukan Solusi Setop Rokok, Studi Temukan Risiko Kena Kanker Mulut

Dinda Zahra Ghaisani Usdi - detikHealth
Selasa, 21 Feb 2023 09:40 WIB
Bukti Baru Vape Bukan Solusi Setop Rokok, Studi Temukan Risiko Kena Kanker Mulut
Ilustrasi vape. (Foto: iStock)
Jakarta -

Penelitian terbaru dari University of Southern California (USC) menunjukkan vape bukan merupakan alternatif lebih sehat dari merokok. Nyatanya, vape juga dapat menyebabkan kerusakan DNA di mulut seperti halnya rokok tembakau. Adanya kerusakan ini meningkatkan berbagai penyakit kronis, termasuk kanker mulut. Vape dengan perisa, utamanya, memiliki risiko yang lebih tinggi.

Temuan ini semakin mematahkan rumor yang beredar di masyarakat bahwa vape merupakan pilihan yang lebih baik daripada merokok. "Untuk pertama kalinya, kami menunjukkan bahwa semakin sering dan lamanya seseorang menggunakan rokok elektrik maka semakin banyak pula kerusakan DNA yang terjadi di sel-sel mulut mereka," ujar dr Ahmad Besaratinia, penulis senior dan pakar kesehatan masyarakat di USC, dikutip dari Dailymail, Senin (20/2/2023).

Ketika kita merokok, puluhan senyawa karsinogen tersebar ke sel-sel yang melapisi bagian dalam mulut, saluran udara, dan paru-paru. Sel-sel di bagian tubuh yang terpapar asap langsung mengalami kerusakan paling parah, dengan 150 mutasi di setiap sel paru-paru dalam satu tahun, 97 di laring, dan 39 di rongga mulut. Akselerasi mutasi ini meningkatkan risiko berkembangnya kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam studi ini, para peneliti merekrut 72 orang dewasa dan membagi mereka menjadi tiga kelompok yaitu pengguna vape yang tidak pernah merokok, perokok tembakau yang tidak pernah menggunakan vape, dan orang yang tidak memiliki riwayat merokok atau vape.

Peneliti kemudian mencatat seberapa sering orang menggunakan kedua perangkat tersebut. Selanjutnya, mereka mengumpulkan sel epitel, yang melapisi bagian dalam mulut, dan menguji kerusakan gen tertentu yang diketahui mengindikasi kerusakan genom.

ADVERTISEMENT

Hasil menunjukkan bahwa tingkat kerusakan DNA yang serupa antara vapers dan perokok adalah masing-masing 2,6 kali dan 2,2 kali lipat dari mereka bukan pengguna. Vapers yang menggunakan perangkat pod memiliki tingkat kerusakan tertinggi.

Pod dengan perisa adalah yang paling berbahaya. Perangkat ini menyebabkan tingkat kerusakan DNA tertinggi di antara pengguna, meskipun para peneliti tidak menyebutkan secara spesifik tentang rasa yang lebih merusak sel.

Para pemuda yang menggunakan rokok elektrik dan perangkat vape lainnya dengan nikotin berisiko tinggi terkena penyakit kronis yang terkait dengan penggunaan perangkat tersebut.

Meskipun kerap dikatakan lebih aman daripada merokok, nyatanya vape telah dikaitkan sebagai penyebab kerusakan paru-paru yang dapat bertahan lama meskipun telah berhenti digunakan. Peneliti juga menemukan bahwa para pengguna vape dua kali lebih mungkin terkena mengi dan kesulitan bernapas dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.




(naf/naf)

Berita Terkait