China Ketar-ketir Bakal Hadapi Ledakan Populasi 400 Juta Lansia di 2040

China Ketar-ketir Bakal Hadapi Ledakan Populasi 400 Juta Lansia di 2040

Averus Kautsar - detikHealth
Kamis, 23 Feb 2023 06:00 WIB
China Ketar-ketir Bakal Hadapi Ledakan Populasi 400 Juta Lansia di 2040
Ilustrasi lansia. Foto: Getty Images/iStockphoto/Barcin
Jakarta -

Negara China menghadapi masalah populasi masyarakat lansia. Pada tahun 2040, China diperkirakan akan memiliki 400 juta penduduk yang berusia di atas 60 tahun. Jumlah itu bahkan lebih banyak dari Amerika Serikat.

Hal ini membuat China harus segera membentuk sistem penanganan lansia yang efektif untuk masa depan. Pada bulan Maret 2022, Beijing mengeluarkan rencana visi untuk 5 tahun mendatang dalam menangani perawatan lansia.

Pada skala yang lebih besar, tanggapan China pada permasalahan ini telah tertinggal. Kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan angka kelahiran diberlakukan terlambat. Perawatan lansia yang disponsori oleh pemerintah juga tidak dapat memenuhi permintaan pada saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemberlakuan Skema Asuransi Nasional dalam Tahap Uji Coba

China dinilai perlu untuk menemukan cara bagaimana membayar perawatan lansia.

"Namun sayangnya tak ada solusi ataupun langkah mudah yang bisa mengatasi masalah lansia di China," ucap Asisten Profesor Kebijakan Publik dan Urusan Global di Universitas Teknologi Nanyang Singapura Sabrina Luk dikutip dari Insider (20/2/2023).

China pada saat ini sedang melakukan uji coba skema asuransi nasional yang secara khusus mencakup perawatan untuk lansia. Itu termasuk dengan kebutuhan jangka panjang seperti pasien diabetes ataupun demensia.

ADVERTISEMENT

"Dalam program percontohan ada 15 kota seperti Chengdu, Shanghai, dan Guangzhou," sambung Sabrina.

Setiap kota dapat menentukan bagaimana cara mendanai skema tersebut, termasuk siapa yang bisa mendapatkan manfaat hingga jenis perawatan yang bisa diterima.

Dalam undang-undang, orang dewasa yang bekerja di China diwajibkan untuk membayar asuransi kesehatan. Program asuransi ini menggabungkan kontribusi menjadi satu kumpulan besar.

Kumpulan tersebut dapat digunakan untuk melindungi pekerja hingga orang-orang yang sudah tidak bekerja. Artinya orang yang sudah pensiun masih bisa memperoleh biaya perawatan medis walau sudah tak membayar premi.

"Tetapi jika China semakin menua sementara orang dewasa usia kerja lebih sedikit, permintaan asuransi perawatan usia akan meroket bahkan ketika jumlah orang yang berkontribusi pada program menyusut," ucapnya.

"Perawatan lansia itu mahal biasanya tiga kali lebih tinggi daripada perawatan kesehatan untuk generasi muda. Jelas bahwa mengandalkan kontribusi dari skema asuransi kesehatan untuk mendanai layanan perawatan usia sepertinya tidak akan bertahan dalam jangka panjang," sambung Sabrina.

Permasalahan Sudah Terlihat

Sabrina menjelaskan jika saat ini permasalahan skema asuransi yang dilakukan sudah mulai menampakan masalahnya. Beberapa kota mengalami defisit dalam kumpulan asuransi bersama, diperkirakan mencapai 100 miliar dollar secara nasional pada tahun 2024.

Permasalahan muncul karena tidak ada fasilitas yang cukup untuk menerima skema yang baru serta kurangnya staf pada program untuk merawat lansia.

Tujuan Utama Memastikan Lansia Hidup di Rumah

China memiliki tujuan utama untuk membuat para lansia untuk tinggal di rumah sendiri dan bukan di panti jompo.

"Sama seperti di Amerika Serikat, China memiliki tujuan utama untuk membuat orang tua hidup di rumah dan tidak masuk ke panti jompo, hingga membantu fasilitas tempat tinggal bila memungkinkan," ucap Gu Qingyang, Profesor Ekonomi National University, Singapura.

"China sedang mencoba untuk mendirikan pusat 'penitipan orang tua', yang di mana nantinya para lansia tersebut tetap bisa pulang dan diasuh anaknya saat malam hari," sambung Qingyang.

Hal itu dilakukan karena hidup menua di rumah sendiri merupakan tujuan utama dari banyak orang, khususnya orang lanjut usia

Metode ini dapat dilakukan di daerah yang lebih miskin di China karena penghasilan rendah dan uang pensiun masih tidak cukup untuk membeli perawatan medis jangka panjang.

Halaman 2 dari 2
(avk/kna)

Berita Terkait