Dihantam Resesi Seks, Angka Kesuburan Korsel Paling Anjlok di Dunia

Round Up

Dihantam Resesi Seks, Angka Kesuburan Korsel Paling Anjlok di Dunia

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Jumat, 24 Feb 2023 22:07 WIB
Dihantam Resesi Seks, Angka Kesuburan Korsel Paling Anjlok di Dunia
Korea Selatan dihantam resesi seks. (Foto: Chris Jung/NurPhoto/Getty Images)
Jakarta -

Korea Selatan lagi-lagi menjadi negara dengan rekor tingkat kesuburan terendah di dunia. Populasi di negara tersebut semakin menyusut, melihat rata-rata bayi yang dilahirkan per wanita menurun menjadi 0,78.

Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya di 2022 yakni 0,81. Ini menjadi tren paling 'anjlok' di antara negara-negara Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

Berikut tren penurunan angka kesuburan di Korea Selatan:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  • Tingkat kelahiran saat ini untuk Korea Selatan pada tahun 2023 adalah 6.769 kelahiran per 1000 orang, turun 1,93 persen dari tahun 2022.
  • Tingkat kelahiran Korea Selatan pada tahun 2022 adalah 6.902 kelahiran per 1.000 orang, turun 1,9 persen dari tahun 2021.
  • Tingkat kelahiran Korea Selatan pada tahun 2021 adalah 7.036 kelahiran per 1.000 orang, turun 1,86 persen dari tahun 2020.
  • Tingkat kelahiran Korea Selatan pada tahun 2020 adalah 7.169 kelahiran per 1.000 orang, turun 1,83 persen dari tahun 2019.

Apa Penyebabnya?

Berdasarkan hasil riset, anjloknya angka kesuburan di Korea Selatan disebabkan karena mahalnya biaya merawat dan membesarkan anak. Misalnya seperti akses pendidikan terutama swasta yang mahal dan biaya perumahan di Korea Selatan relatif tinggi.

Dari negara-negara di dunia, Korea Selatan menjadi negara dengan pasar perumahan termahal di dunia. Seperti banyak negara lain, harga rumah di sana kembali mengalami kenaikan yang dramatis.

ADVERTISEMENT

Penelitian menunjukkan perempuan yang tinggal di daerah perumahan yang mahal cenderung memiliki anak pada usia yang lebih tua, dibandingkan mereka yang tinggal di daerah dengan perumahan yang lebih terjangkau.

Banyak calon orang tua yang mungkin menunda memiliki anak saat mereka mengalami masalah keterjangkauan perumahan. Sebab, mereka perlu mengalihkan sumber daya untuk pengasuhan anak, perawatan medis, hingga makanan.

Alasan lainnya juga berpusat pada masalah ketidakpastian ekonomi. Di sana, laki-laki muda mengalami kesulitan yang lebih besar untuk beralih ke peran ekonomi orang dewasa yang stabil, meningkatkan jumlah pernikahan yang ditunda bahkan dibatalkan.

Maka dari itu, penurunan angka pernikahan ini sangat berdampak pada penurunan kesuburan.

Tak hanya itu, pasangan suami istri juga dapat menunda atau tidak memiliki anak jika memang memiliki ketidakpastian ekonomi yang tinggi. Meningkatnya pekerjaan tidak tetap mungkin telah menyuntikkan ketidakpastian ekonomi ke dalam kehidupan pasangan muda dan menekan kesuburan.




(sao/naf)

Berita Terkait