Geger Penganiayaan David, Psikiater Ungkap Penyebab Orang Tega Lakukan Kekerasan

Geger Penganiayaan David, Psikiater Ungkap Penyebab Orang Tega Lakukan Kekerasan

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Sabtu, 25 Feb 2023 14:00 WIB
Geger Penganiayaan David, Psikiater Ungkap Penyebab Orang Tega Lakukan Kekerasan
Kata psikiater soal penyebab orang tega melakukan kekerasan pada orang lain. (Foto: Mulia B/detikcom)
Jakarta -

Viral kasus penganiayaan yang dilakukan anak eks pejabat pajak Mario Dandy Satrio (20) terhadap putra pengurus GP Ansor, Cristalino David Ozora (17). Akibatnya, David kini masih dirawat di rumah sakit dan mengalami cedera kepala parah hingga tak sadarkan diri.

Kasus ini menjadi sorotan besar masyarakat. Terlebih, korban penganiayaan ini masih berusia 17 tahun dan kini dalam kondisi koma.

Berkaca dari kasus ini, kenapa seseorang bisa dengan mudah meluapkan amarah dengan melakukan kekerasan?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Psikiater dr Lahargo Kembaren dari RSJ Marzoeki Mahdi Bogor mengatakan, kemudahan seseorang untuk menjadi emosional dan meluapkan pikiran rasional berkaitan dengan perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan atau agresivitas seperti ini adalah sebuah proses kompleks yang terjadi pada otak, atau disebut sebagai proses neurobiologi.

ADVERTISEMENT

"Di dalam area otak, terdapat struktur, sirkuit saraf, neurotransmiter (zat kimia di otak), dan proses fisiologisnya. Kerusakan pada sirkuit saraf di otak ini dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada dua area otak," kata dr Lahargo pada detikcom, Sabtu (25/3/2023)

"Bagian otak prefrontal cortex gagal menjalankan fungsinya mengontrol perilaku dan kontrol diri. Sedangkan bagian otak amigdala menjadi hiperresponsif, sehingga ada trigger sedikit saja langsung memicu emosional. Ini semua yang kemudian berujung pada terjadinya sebuah perilaku kekerasan atau agresivitas," jelasnya.

Selain faktor tersebut, dr Lahargo menyebutkan beberapa hal yang bisa menyebabkan sirkuit otak terganggu hingga memicu munculnya perilaku kekerasan, seperti:

  • Faktor genetik dalam keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan
  • Adanya tumor otak, trauma kepala
  • Gangguan metabolik, penyakit fisik
  • Pemakaian alkohol, narkoba
  • Riwayat menjadi korban perilaku kekerasan, baik verbal, fisik, seksual
  • Menyaksikan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari hari, di rumah atau lingkungan sekitar
  • Menjadi korban bullying
  • Paparan media mengenai kekerasan, film, games, tontonan YouTube, TV, media sosial, dan lain-lainnya
  • Stresor psikososial dalam kehidupan sehari hari (masalah keuangan, pertengkaran, perceraian, pendidikan, PHK, hingga situasi tempat tinggal)



(sao/vyp)

Berita Terkait