Mereka Ada Agar Anak-anak Pejuang Kanker Tak Putus Sekolah

Hari Kanker Anak

Mereka Ada Agar Anak-anak Pejuang Kanker Tak Putus Sekolah

Charina Elliani - detikHealth
Selasa, 28 Feb 2023 12:15 WIB
Mereka Ada Agar Anak-anak Pejuang Kanker Tak Putus Sekolah
Peringatan Hari Kanker Anak Internasional 2023 (Foto: Charina Elliani/detikHealth)
Jakarta -

Pengobatan kanker pada anak kerap kali makan waktu lama, terkadang harus mengorbankan waktu untuk sekolah. Bagi sebagian yang beruntung, ada pendampingan-pendampingan agar pasien tidak ketinggalan pelajaran.

Salah satu program pendampingan semacam itu disediakan oleh Sekolahku YKAKI, yang dikelola Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Guru-guru yang mengajar di 'sekolah' ini menjembatani kebutuhan belajar anak-anak dengan kanker agar tidak putus sekolah.

"Mereka gak ada beda dengan anak-anak lainnya, mereka aktif, mereka senang main, senang banget main," ujar Herni Suherni, SMn, Wakil Kepala Sekolah YKAKI Indonesia Bagian Tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka jadi lebih excited lagi ketika tau bahwa mereka tetap bisa naik kelas, mereka tetep bisa melanjutkan sekolahnya, mereka tetap bisa mengikuti ujian dengan bantuan guru-guru di Sekolahku YKAKI. Jadi menumbuhkan semangat," katanya, ditemui dalam perayaan Hari Kanker Anak Internasional 2023 #BeraniGundul di Central Park, Minggu (26/2/2023).

Menurut Herni, meyakinkan anak pengidap kanker bahwa mereka tetap bisa bersekolah dan bermain dengan juga menumbuhkan kreativitas mereka melalui rangkaian aktivitas dapat membantu menumbuhkan semangat sang anak dalam menjalani pengobatan kanker tidak mudah.

ADVERTISEMENT

"Pengalaman saya baru saja kemarin ada siswa kelas 6 SD, dia terdiagnosis kanker ovarium. Dia kebingungan karena anak ini rajin sekali belajarnya, anak ini punya cita-cita tinggi," ucap Herni.

"Ketika dia terdiagnosa itu, otomatis mimpinya seperti hancur atau padam. Tapi ketika dia ketemu lagi dengan kita, guru-guru, setelah dia menjalani (pengobatan), itu jadi lebih seger, lebih semangat. Dan itu nyata terlihat," lanjutnya.

Menjadi seorang guru bagi anak dengan kanker tidak semudah yang dibayangkan. Guru-guru ini tak hanya harus mempertimbangkan dari sisi akademis, tetapi juga dari segi kesehatan sang anak dan menyeimbangkannya dengan waktu bermain.

"Selain kita mengisi hari-hari mereka dengan belajar, kita juga ngajak mereka fun, bermain, misalnya kita bikin percobaan-percobaan sains sederhana yang aman untuk mereka. Kita juga ada ekstrakulikuler, panggil guru musik dan guru tari khusus. Jadi mereka punya kegiatan yang kesenian dan membuat prakarya," jelas Herni.

Tak hanya memberikan layanan pembelajaran di yayasan, layanan Sekolahku YKAKI juga melakukan kunjungan ke rumah sakit bagi anak-anak yang memang harus menjalankan pengobatan rawat inap.

"Untuk yang di rumah sakit, mereka itu kan posisinya ada yang lagi diinfus, masuk obat, kemo, kita belajarnya biasanya di bangsal atau ke ruangan," tutur Herni.

"Itu kan lagi ada efek kan, mungkin durasinya nggak terlalu lama dibanding yang belajar di yayasan. Materinya juga nggak langsung masuk ke pelajaran, tapi kita diskusi ringan dulu atau main. Main-main kayak puzzle, uno. Yang penting mereka keluar dari bangsal, hilang bosan, masuk semangat lagi. Atau kita yang ke bangsal, menyapa mereka, ngobrol-ngobrol," jelasnya lebih lanjut.

Sebagai seorang guru yang mendampingi anak-anak dengan kanker, ia juga harus memastikan bahwa dirinya dapat selalu menyalurkan energi positif untuk membangkitkan semangat anak-anak tersebut.

"Tantangannya karena kitanya dulu yang sebelumnya harus happy, tapi kondisi manusia kan kadang-kadang kita juga unhappy, kadang kita juga lagi di titik lagi ada apa, nah itu saya nggak berani ketemu anak-anak kalau pas itu,"

"Pas ketemu anak-anak mood kita harus bagus, biar kita bisa menebarkan energi positif, keceriaan, bahagia, sehat,"

Selain melakukan pendekatan kepada anak, guru juga perlu melakukan pendekatan kepada orang tua dan meyakinkan mereka bahwa anak dengan kanker pun tetap bisa menjalankan pendidikan seperti anak-anak yang lain.

"(Pendekatan ke) orang tua yang lebih susah. Kita meyakinkan bahwa anak ini belajar tidak mempengaruhi (pengobatannya) karena kita juga tidak memaksakan. Kalau memang kondisi mereka misalnya lagi diinfus atau memang lagi drop, kita tidak memaksa mereka untuk berpikir yang berat-berat lalu diajak belajar fisika atau matematika. Kita tetap ber-KBM tapi dengan melihat kondisi anak mereka juga," jelasnya.

Menurutnya, dukungan terbaik dan baik buruknya kondisi anak juga banyak bergantung pada peran orang tua sebagai support system yang utama bagi anak.

"Support system terbaik dari orang tua adalah mendukung setiap langkah dan keinginan anak untuk mencapai cita-cita," pungkasnya.

Ia juga berpesan pada anak-anak di luar sana yang sedang berjuang melawan kanker, "Jangan takut, jangan takut untuk mewujudkan mimpi dalam kondisi apapun."

Herni juga berharap pemerintah ke depannya dapat lebih memberikan perhatian kepada guru-guru sepertinya dan tidak hanya memperhatikan guru-guru sekolah formal.

"Untuk pemerintah, tolong bantu kami. Guru-guru yang ada di YKAKI ini sama seperti guru-guru yang lain. Kadang saya juga mikir, kami tugas segini berat tapi kadang tidak diperhatikan oleh pemerintah," tutupnya.

Simak juga ulasan khusus tentang kanker anak DI SINI.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Ketua YKPI soal Banyak Pasien Kanker Pilih Pengobatan Alternatif"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)
Hari Kanker Anak Internasional 2023
19 Konten
Hari kanker anak sedunia atau hari kanker anak internasional diperingati setiap tanggal 15 Februari. Leukemia, osteosarkoma, dan retinoblastoma termasuk jenis kanker yang paling sering ditemukan pada anak.

Berita Terkait