Round Up

Siasat Menkes Biar Warga RI Tak Berobat ke Negara Tetangga

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Kamis, 02 Mar 2023 05:30 WIB
Menkes mengaku malu lantaran ada masyarakat RI yang berobat ke luar negeri lantaran fasilitasnya disebut lebih memadai. (Foto: Suci Risanti Rahmadania/detikHealth)
Jakarta -

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini mengaku malu apabila sejumlah pasien dari Indonesia memilih untuk berobat ke Malaysia. Hal itu ia sampaikan saat berbincang dengan salah satu orang tua pasien yang anaknya mengidap penyakit langka maple syrup urine disease (MSUD).

Pasien tersebut merupakan balita berinisial M dari Batam, Kepulauan Riau. Orang tua M mengaku pertama kali membawa anaknya ke Malaysia untuk menjalani pengobatan, sebelum akhirnya rutin berobat di Indonesia.

"Aku sih mohon maaf agak gengsi juga kita dibawa ke Malaysia itu gengsi, jadi Menteri Kesehatan itu kayaknya kita gagal juga," imbuhya ucapnya dalam webinar Penyakit Langka 2023, Selasa (28/2/2023).

Menkes juga mengaku malu lantaran Indonesia baru melakukan lima kali bone marrow transplant (BMT) atau transplantasi sumsum tulang untuk pengobatan leukemia. Padahal, negara lain, seperti Malaysia menurutnya sudah melakukannya ratusan kali.

"Atau kayak kemarin, Bone marrow transplantation, Indonesia lima, Malaysia sudah berapa ratus, Vietnam berapa puluh, Myanmar aja delapan, kita malu. Padahal buat penyakit leukemia kan harusnya Bone marrow yang dilakukan. Menkesnya malu kalau ketemu sama Menkes sama Myammar saja kalah," imbuhnya lagi.

Bahkan di luar kasus tersebut, dalam beberapa kesempatan yang lalu, menkes juga menyoroti penyebab warga indonesia masih berobat ke luar negeri. Selain terkait fasilitas yang lebih memadai, ia mengaku mendapat banyak laporan perihal layanan medis dan nonmedis RS vertikal di tanah air.

Misalnya dari sisi dokter yang jarang ada di tempat sehingga pasien lebih senang ke Malaysia atau Thailand lantaran dokter yang lebih attentive alias penuh perhatian terhadap mereka.

"Saya juga dengar bahwa antreannya itu panjang sekali sehingga orang-orang kita lebih senang juga pergi keluar [negeri]. Saya juga dengar sebagian karena kualitas perawatannya nggak bagus sehingga orang-orang kita banyak yang pergi keluar," katanya.

"Saya juga dengar kualitas layanan nonmedisnya yang tidak bagus ya sehingga orang-orang bergumam di belakang bahwa RS vertikal kita adalah RS kelas tiga. Sedangkan kelas 2 dan kelas 1 di swasta. Dokternya berasal dari RS-RS vertikal tapi layanan nonmedisnya karena demikian buruknya sehingga orang-orang tidak mau masuk ke RS vertikal kita," lanjutnya.

NEXT: upaya Menkes agar masyarakat memilih berobat di RI



Simak Video "Video: Cerita Menkes Pilih-pilih Olahraga Ternyaman, Renang hingga Lari"


(suc/kna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork