Normalnya, vagina memproduksi sejumlah cairan untuk menjaga kesehatan vagina atau sebagai pelumas alami ketika bercinta. Namun, cairan vagina berlebih membuat wanita merasa tidak nyaman. Maka dari itu, penyebab vagina becek harus diketahui.
Vagina merupakan selaput lendir, artinya kulit dan jaringan vagina yang sehat selalu lembab. Cairan vagina sangat penting untuk menjaga kesehatan vagina dan membuat aktivitas seksual nyaman.
Sumber cairan vagina diproduksi oleh salah satu dari bagian organ vagina di antaranya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Kelenjar Bartholin
Kelenjar Bartholin adalah dua kelenjar kecil seukuran kacang yang terletak tepat di dalam vagina. Kelenjar ini membantu melumasi vagina untuk mencegah kekeringan yang berlebihan. Kelenjar Bartholin juga menghasilkan kelembapan saat wanita merasa terangsang, dan selama aktivitas seksual.
- Serviks (leher rahim)
Leher rahim menghasilkan lendir sepanjang siklus menstruasi seseorang. Saat ovulasi mendekat, serviks menghasilkan lebih banyak cairan. Lendir serviks yang subur ini dapat membantu perjalanan sperma ke sel telur, meningkatkan kemungkinan kehamilan.
Penyebab vagina becek
Cairan vagina yang berlebihan membuat beberapa orang merasa cemas. Dikutip dari Medical News Today, berikut adalah penyebab vagina becek:
1. Gairah
Wanita yang sedang terangsang secara seksual menyebabkan kelenjar Bartholin menghasilkan lebih banyak cairan. Cairan ini membantu melumasi vagina selama aktivitas seksual, mengurangi risiko gesekan dan cedera yang menyakitkan.
Pelumasan biasanya tetap ada bahkan setelah selesai berhubungan seks atau tidak lagi merasa terangsang. Vagina terasa basah selama 1-2 jam setelah berhubungan seks atau bergairah adalah hal yang normal.
2. Keputihan
Vagina yang normal dan sehat sedikit lembab. Rata-rata, wanita sehat menghasilkan 1-4 mililiter cairan vagina dalam sehari. Menurut dokter kandungan-ginekolog Dr. Jen Gunter cairan vagina yang sangat kental berisi sekitar 1 ml.
Jumlah cairan yang dikeluarkan orang sehat dapat berubah dari hari ke hari dan kelenjar Bartholin serta serviks menghasilkan berbagai cairan yang dapat berubah seiring waktu. Saat ovulasi mendekat, vagina mungkin semakin basah karena leher rahim meningkatkan produksi cairan pada waktu tersebut.
3. Perubahan Hormon
Tingkat estrogen yang lebih tinggi dapat membuat vagina lebih becek dengan menyebabkan kelenjar Bartholin yang memproduksi lebih banyak cairan. Orang yang menjalani perawatan terapi penggantian hormon, mungkin mengalami peningkatan cairan vagina.
4. Infeksi
Ketika cairan vagina berubah atau seseorang memproduksi cairan vagina secara signifikan lebih banyak dari biasanya, itu mungkin merupakan tanda infeksi. Berikut adalah jenis infeksi yang menyebabkan vagina becek:
- Infeksi jamur. Vagina akan mengeluarkan cairan kental dan putih. Gejala lainnya yaitu vagina gatal dan ada rasa terbakar pada vagina.
- Vaginosis bakteri. Vaginosis adalah ketidakseimbangan bakteri pada vagina. Vagina bisa mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu, atau kuning yang berbau amis. Bau terkadang lebih buruk setelah berhubungan seks.
- Trikomoniasis. Ini adalah infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyebabkan keluarnya cairan kekuningan atau kehijauan. Terkadang keputihan terlihat berbusa dan berbau tidak sedap, terutama setelah periode menstruasi.
Vagina becek merupakan hal yang tidak perlu dikhawatirkan karena itu merupakan hal yang normal. Keluarnya cairan vagina tanpa gejala apapun menandakan tubuh sehat dan bekerja dengan baik.
Akan tetapi, vagina becek bisa menjadi tidak normal apabila mengalami sejumlah gejala seperti keputihan berbau tidak sedap, vagina membengkak, dan rasa gatal atau terbakar. Bila gejala tersebut muncul, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca juga: Miss V Sering 'Becek', Normal Nggak Sih? |
(hnu/kna)











































