Irish Bella mengaku pernah mengalami bullying ketika dirinya masih duduk di bangku SD. Wanita dengan nama lengkap Yris Jetty Dirk de Beule itu mengungkap bahwa dirinya seringkali dijadikan bahan olokan oleh teman-teman sekolahnya hanya karena penampilannya dan namanya yang bule.
"Walaupun itu momentum yang cukup sebentar sebenarnya karena aku langsung dipindahkan sekolah, tapi dibully dalam umur muda pun sampai saat ini berdampak banget pada diri aku," ucap Irish Bella, dikutip dari kanal YouTube Merry Riana.
"Kadang ada muncul rasa insecure di beberapa situasi, karena mungkin saat masa kecil aku itu yang belum berdamai dengan itu," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menghabiskan masa kecilnya di Cirebon, Irish mengaku dirinya adalah satu-satunya bule di kelasnya. Adapun pemicu dirinya di-bully menurutnya lantaran memiliki paras yang berbeda dengan anak yang lainnya, misalnya seperti memiliki rambut yang berwarna pirang.
"Dan nama aku yang susah itu diubah-ubah menjjadi kata-kata kasar. Itu momen yang nggak bisa aku lupakan. SD loh padahal, tapi sampai saat ini sangat membekas banget," ungkapnya.
Dikutip dari American Psychological Association, bullying adalah bentuk perilaku agresif saat seseorang secara sengaja dan berulang menyebabkan orang lain merasa tidak nyaman atau mengalami cedera.
Bullying bisa dalam bentuk kontak fisik, perkataan, atau perbuatan-perbuatan yang lebih halus. Perilaku ini termasuk dalam tindakan penindasan atau kekerasan.
Korban bullying seringkali merasa takut, mengalami kecemasan yang berlebih, depresi, stres, hilangnya kepercayaan diri yang dapat membekas dalam jangka waktu yang panjang, hingga bunuh diri. Tindakan ini tak hanya berdampak pada kondisi sosial dan emosional korbannya, tetapi juga bisa berdampak secara fisik, akademis, pada keluarga, dan dampak-dampak jangka panjang lainnya.
Langkah yang Bisa Diambil oleh Korban Bullying
Ketika seseorang mengalami bullying, terutama semasa anak-anak, proses pemulihannya bisa lebih menantang dibandingkan yang dibayangkan. Efek dari bullying bisa terus membekas dan dirasakan dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Berbicara dengan konselor atau psikolog bisa menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini pada anak. Selain mengonsultasikannya langsung dengan ahli, ada sejumlah langkah yang dapat diterapkan untuk membantu diri bisa berdamai dengan masa kelam. Dikutip dari Very Well Family, berikut informasinya.
1. Mengakui dan menerima
Tak sedikit korban bullying yang menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam kondisi denial atau menolak, mengabaikan, atau bahkan berpura-pura hal tersebut tidak terjadi. Hal ini malah akan menghambat proses pemulihan.
Satu-satunya cara untuk bisa pulih dan damai adalah memahami bahwa tindakan tersebut benar terjadi dan bukan karena kesalahan kita.
2. Prioritaskan kesehatan dan proses pemulihan
Korban bullying banyak mengalami permasalahan kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Pada umumnya, mereka bisa mengalami gangguan kecemasan, gangguan makan atau eating disorder, sakit kepala, gangguan tidur atau insomnia, hingga trauma.
Bullying juga bisa berdampak lebih dari sekadar perasaan atau kepercayaan diri seseorang. Tindakan ini bisa mengakibatkan efek kesehatan yang lebih serius. Penting untuk mengonsultasikan hal ini kepada ahli, untuk dapat mengetahui tindakan penanganan yang tepat.
3. Kenali nilai diri
Bullying menyebabkan korbannya merasa kehilangan rasa kepercayaan diri dan bisa membuat kita melihat diri kita sendiri secara negatif. Namun, hal ini dapat mulai diatasi secara perlahan dengan memfokuskan diri untuk mengenal diri sendiri. Bisa dimulai dengan hal sederhana, seperti menuliskan karakteristik positif yang dimiliki.
Fokuskan diri pada hal-hal yang positif tentang diri sendiri, memahami bahwa perkataan yang dilontarkan oleh para pelaku bullying tidak mendefinisikan diri sendiri.
4. Hindari tindakan mengisolasi diri
Salah satu bagian penting dari proses pemulihan sebagai korban bullying adalah dengan tetap mengelilingi diri dengan teman atau keluarga yang berdampak positif. Seringkali, korban bullying memilih untuk mengisolasi diri dan mencoba untuk menghadapi semuanya seorang diri. Namun, hal ini bukanlah suatu hal yang ideal untuk dilakukan.
Proses pemulihan akan menjadi jauh lebih sulit ketika memaksakan diri untuk menghadapi semua sendirian. Carilah bantuan ke orang-orang terdekat yang ada di sekitar, atau ke tenaga ahli yang bisa membantu mengatasi trauma yang dialami.
5. Fokus pada pengembangan diri
Melalui proses mengenali diri sendiri tadi, kita juga bisa mengidentifikasi area-area dalam kehidupan dan dalam diri kita yang bisa dikembangkan. Mencari hobi atau kegiatan yang produktif dan bermanfaat bisa menjadi solusi yang efektif untuk kita bisa pulih dari luka yang membekas.
Bisa dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, mengambil kelas atau workshop, bergabung dalam komunitas yang disukai, dan sebagainya.
(suc/suc)











































