Pasutri di Jepang Pilih Childfree Picu Krisis Populasi, Kelahiran Turun Drastis

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Senin, 20 Mar 2023 18:00 WIB
Foto: David Mareuil/Getty Images
Jakarta -

Angka kelahiran di Jepang terus menurun imbas dari resesi seks. Hal ini disebabkan karena banyak warganya yang memilih untuk tidak punya anak atau kerap disebut dengan istilah childfree.

Diketahui, Jepang mencatat 799.728 kelahiran pada tahun 2022. Ini menjadi jumlah terendah dalam laporan terakhir dan yang tercatat pada tahun 1982.

Tingkat kesuburan atau jumlah rata-rata anak yang lahir dari wanita selama masa reproduksinya telah turun menjadi 1,3. Angka ini jauh di bawah 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan populasi tetap stabil.

Menurut pejabat Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan salah satu faktor penyebabnya adalah kondisi keuangan kalangan muda yang tidak stabil dan minimnya pertemuan sosial.

"Penurunan angka kelahiran di tahun 2022 kemungkinan besar dipengaruhi oleh penurunan jumlah pernikahan di tahun 2020 akibat datangnya pandemi, mengingat dalam banyak kasus, anak pertama lahir dua tahun setelah menikah," ungkap peneliti senior di Japan Research Institute, Takumi Fujinami, yang dikutip dari Japan Today, Senin (20/3/2023).

Tak hanya itu, rendahnya minat warga Jepang untuk punya anak dipengaruhi oleh biaya hidup yang tinggi. Selain itu, ini juga dipicu oleh ruang yang terbatas dan minim dukungan pengasuhan anak di kota-kota, yang membuat para orang tua merasa kesulitan untuk membesarkan anak.

Selain biaya hidup yang mahal, gaya hidup perkotaan yang sibuk dan jam kerja yang panjang membuat banyak anak muda di Jepang ogah memiliki anak. Bahkan, di sana ada tabu budaya yang melingkupi pembicaraan tentang kesuburan dan norma patriarki yang merugikan ibu yang kembali bekerja.

Menurut direktur Klinik Grace Sugiyama di Tokyo, Dokter Yuka Okada, hambatan budaya itu membuat pembicaraan tentang kesuburan wanita sering kali terlarang.

"(Orang-orang melihat topik itu) sedikit memalukan. Pikirkan tentang tubuh Anda dan pikirkan (apa yang terjadi) setelah masa subur. Ini sangat penting. Jadi, itu tidak memalukan," katanya.

Di sana, sangat sedikit seorang ibu yang bekerja setelah melahirkan memiliki karir yang sangat sukses. Banyak wanita berpendidikan tinggi Jepang diturunkan ke peran paruh waktu atau ritel - jika mereka masuk kembali ke dunia kerja.



Simak Video "Video: Merebaknya 'Rokok Zombie' di Jepang, Picu Kejang-Hilang Kesadaran"

(sao/kna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork