Kronologi Pria Surabaya Hampir Tewas Gegara Aneurisma Otak Saat Bercinta

Kronologi Pria Surabaya Hampir Tewas Gegara Aneurisma Otak Saat Bercinta

Hana Nushratu - detikHealth
Senin, 27 Mar 2023 11:29 WIB
Kronologi Pria Surabaya Hampir Tewas Gegara Aneurisma Otak Saat Bercinta
Ilustrasi pria mengalami pecah aneurisma ketika bercinta. (Foto: thinkstock)
Jakarta -

Seorang pria berusia 42 tahun asal Surabaya, Jawa Timur nyaris meregang nyawa ketika bercinta dengan sang istri. Sebelum kehilangan kesadaran, pria tersebut mengalami muntah dan sisi tubuh kirinya melemah.

Sekitar tiga jam kemudian, tubuh pria itu kejang-kejang dalam perjalan ke rumah sakit. Kasus ini dipublikasikan dalam jurnal medis Radiology Case Reports.

Pria tersebut mengalami aneurisma pecah dan menyebabkan subdural hematoma akut (aSDH). aSDH adalah cedera otak parah yang menyebabkan darah menumpuk di antara tengkorak dan permukaan otak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokter tidak menjelaskan penyebab aneurisma pria tersebut pecah. Namun, biasanya aneurisma dipicu oleh olahraga berat yang menyebabkan sesak napas dan lonjakan detak jantung.

Berdasarkan penelitian, kondisi ini biasanya disebabkan oleh cedera kepala. Tetapi, dalam delapan persen kasus, pasien yang mengalami aSDH karena pecahnya aneurisma.

ADVERTISEMENT

Radiology Case Reports mencatat, petugas medis dari RS dr Soetomo mengatakan pria tersebut tidak pernah mengalami sakit kepala atau riwayat trauma.

Pria itu juga tidak pernah mengonsumsi obat antikoagulan, antiplatelet, atau obat disfungsi ereksi yang meningkatkan risiko seseorang terkena aneurisma.

Jurnal tersebut tidak menyebutkan tanggal kejadian. Hasil pemeriksaan fisik rutin menunjukkan bahwa pria tersebut mengalami tekanan darah tinggi dengan angka 183/105 mm Hg. Ia juga mendapat skor 6 dari 15 pada skala koma glasgow yang diterima secara internasional.

CT scan mengungkapkan dia memiliki SDH (subdural hematoma) di sisi kiri otaknya, yang menyebabkannya membengkak 0,4 cm.

Petugas medis memberi pria itu obat antikejang fenitoin, yang sering digunakan untuk mengobati serangan epilepsi. Seminggu kemudian, pria berusia 42 tahun itu menjalani angiografi serebral (pemindaian yang memberikan gambar pembuluh darah di dalam dan sekitar otak) yang mengungkapkan panjang aneurisma 0,8 mm.

Dia kemudian menjalani operasi untuk memperbaiki aneurisma yang pecah dan meredakan pembengkakan dan tekanan pada otak. Setelah perawatan ini, pria tersebut memulihkan penggunaan sisi kanan tubuhnya.

Namun, ia mengalami kerusakan permanen pada saraf okulomotor di mata kirinya, yang mengontrol pergerakan otot mata, penyempitan pupil, dan membantu memfokuskan mata.

NEXT: Mengenal Aneurisma Otak

Mengenal Aneurisma Otak

Dikutip dari Medical News Today, aneurisma adalah aneurisma otak atau yang biasa disebut aneurisma serebral merupakan titik lemah yang terletak pada arteri otak. Titik tersebut berbentuk seperti balon yang berisikan darah.

Dokter spesialis saraf RS Pondok Indah (RSPI) Jakarta Selatan, dr Rubiana Nurhayati, SpS menuturkan, aneurisma biasanya merupakan
penyakit kongenital atau bawaan lahir. Aneurisma bisa pecah kapan saja, bahkan tanpa gejala sekalipun.

"Dia (aneurisma) bisa pecah kapan saja tanpa perlu ada trigger," kata dr Rubiana kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Meski demikian, sejumlah orang dapat mengalami gejala sebelum pecah pada aneurisma. Di antaranya:

  • Rasa sakit di atas atau di belakang mata yang memburuk atau tidak hilang seiring berjalannya waktu
  • Mati rasa
  • Kelemahan
  • Lumpuh atau kedutan pada satu sisi wajah
  • Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur atau ganda
  • Pupil melebar hanya pada satu mata

Kerap kali, pengidapnya tidak menyadari adanya penyakit tersebut. Penyakit ini hanya bisa dideteksi melalui pemeriksaan Magnetic Resonance Angiography (MRA) yakni pemeriksaan radiologi yang memanfaatkan resonansi magnet khusus untuk pembuluh darah (vaskuler).

"Jadi aneurisma ini bisa kita cegah kalau kita sudah tahu gitu," ujar dr Rubiana.

Aneurisma merupakan penyakit yang sangat serius sehingga harus ditangani dengan baik. Sebab, aneurisma dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian bagi pengidapnya.

Halaman 2 dari 2
(hnu/kna)

Berita Terkait