David Ozora Alami Diffuse Axonal Injury Akibat Dianiaya, Kondisi Apa Itu?

David Ozora Alami Diffuse Axonal Injury Akibat Dianiaya, Kondisi Apa Itu?

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Rabu, 29 Mar 2023 17:30 WIB
David Ozora Alami Diffuse Axonal Injury Akibat Dianiaya, Kondisi Apa Itu?
Cristalino David Ozora disebut-sebut terkena diffuse axonal injury. (Foto: Twitter Alissa Wahid)
Jakarta -

Cristalino David Ozora disebut mengalami diffuse axonal injury (DAI) pasca dianiaya oleh Mario Dandy Satriyo. Hal ini disampaikan oleh kuasa hukum David, Mellisa Anggraeni.

Mellisa mengatakan akibat penganiayaan itu, David mengalami cedera otak parah. Itu menjadi alasan keluarga David menolak untuk damai dalam penyelesaian kasus tersebut.

"Sampai hari ini David sudah 38 hari di ruang ICU, disampaikan oleh dokter terkena diffuse axonal injury space 2, di mana dia mengalami cedera otak parah, sehingga keluarga juga sudah menyampaikan tadi kepada majelis dalam musyawarah sidang diversi bahwa keluarga menolak. Tadi kita sampaikan juga surat kepada majelis menolak adanya diversi," kata Mellisa kepada wartawan di PN Jaksel, Rabu (29/3/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Diffuse Axonal Injury?

Dikutip dari Medical News Today, DAI mengacu pada robekan serabut saraf yang dikenal sebagai akson. Cedera ini biasanya terjadi akibat pergeseran otak yang cepat di dalam tengkorak, dan menyebabkan serabut saraf meregang dan robek.

Akson merupakan bagian neuron yang panjang seperti benang bertugas menghantarkan impuls listrik. Ini bertanggung jawab untuk komunikasi antara sel-sel saraf.

ADVERTISEMENT

Jika terjadi kerusakan pada akson, bisa mengganggu kemampuan mereka untuk berkomunikasi dan koordinasi fungsi tubuh. Akibatnya, bisa menyebabkan kecacatan yang parah

Diffuse axonal injury ini merupakan penyebab paling umum dari koma, kecacatan, dan keadaan vegetatif persisten pada orang dengan TBI. Secara klinis, pakar kesehatan mendefinisikan DAI sebagai kehilangan kesadaran yang berlangsung selama 6 jam atau lebih setelah cedera.

Ini juga dapat menyebabkan perubahan perilaku, sosial, fisik, dan kognitif pada seseorang yang mungkin bersifat sementara atau permanen. Selain itu, cedera ini bisa mempengaruhi kemampuan berbagai bagian otak untuk berkomunikasi dengan bagian lain, yang dapat menyebabkan masalah neurologis, serta koma, gangguan jangka panjang, atau kematian.

Dokter juga menggunakan sistem Klasifikasi DAI Adams untuk menilai kondisi diffuse axonal injury pada pasien. Sistem ini menggabungkan patofisiologi dan presentasi klinis DAI untuk memberikan skor.

Nilainya sebagai berikut:

  • Grade 1 atau DAI ringan, yaitu kerusakan mikroskopis terjadi pada materi putih otak, termasuk perubahan pada korteks serebral, batang otak, dan corpus callosum.
  • Grade 2 atau DAI sedang, yaitu lesi yang lebih besar muncul di korpus kalosum.
  • Grade 3 atau DAI parah, yaitu lesi yang lebih besar muncul di batang otak dan korpus kalosum.



(sao/naf)

Berita Terkait