Pemerintah Jepang kini menempatkan penanganan terhadap penurunan populasi sebagai prioritas utama. Mengingat, imbas banyak warganya enggan memiliki anak, jumlah populasi di Jepang kini anjlok. Menyikapi itu, perempuan menyuarakan, tak seharusnya mereka disalahkan atas anjloknya angka kelahiran.
Diketahui, Jepang mencatat kurang dari 800 ribu kelahiran tahun lalu. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899.
Menanggapi tren penurunan populasi tersebut, Perdana Menteri Fumio Kishida, memperingatkan penurunan populasi tersebut berisiko mengancam fungsi masyarakat Jepang. Seiring itu, Jepang memiliki rasio tertinggi wanita berusia 50 tahun yang tidak pernah memiliki anak. Hal itu memicu perdebatan di linimasa Twitter, berkenaan dengan 'tidak memiliki anak seumur hidup'.
Seorang warga Jepang, Tomoko Okada (47), mengaku sudah lama merasa malu karena tidak memiliki anak. Awalnya ia ragu untuk mengklik topik yang sedang tren di Twitter lantaran takut akan rentetan kritik yang biasa.
Namun sebaliknya, ia menemukan sebagian besar diskusi justru simpatik dengan para wanita yang memutuskan untuk tidak berkeluarga.
"Dulu saya sangat percaya bahwa melahirkan adalah hal yang 'normal' untuk dilakukan," kata Okada yang kini bekerja penulis lepas dikutip dari Japan Today, Kamis (30/3/2023).
Ia sempat mencoba layanan perjodohan, berharap bisa mendapatkan pasangan hidup, namun tak kunjung berhasil. Ia merasa bersalah ketika ayahnya meminta cucu saat Hari Ayah.
Namun melihat maraknya suara perempuan Jepang di Twitter, Okada kini menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan cara hidupnya.
(vyp/kna)