Beberapa orang terbiasa menghilangkan foto profil di akun media sosial ketika sedang galau atau menghadapi masalah tertentu. Sebaliknya, beberapa orang juga merasa nyaman memasang foto profil ketika suasana hati sedang baik. Sebenarnya, apa penyebab psikologis di baliknya?
Psikolog dan grafolog, Joice Manurung, menjelaskan fenomena tersebut tidak terlepas dari nilai budaya. Pasalnya beberapa orang memahami, warna terang berkorelasi dengan suasana baik sementara warna gelap atau hitam dekat dengan suasana sedih.
"Secara budaya ini commonality (kesamaan), secara budaya kita menyatakan saya sedang tidak apa-apa. Jadi Anda harus paham dengan kondisi saya. Atau inilah yang saya sampaikan kepada publik, informasikan ke publik," ungkapnya dalam siaran langsung detikPagi, Senin (3/4/2023).
Bagaimana Menyikapinya?
Menanggapi teman yang terlihat galau dengan menghilangkan foto profil di akun media sosial, beberapa orang mungkin tergerak untuk menanyakan kondisi, atau memberikan bantuan jika diperlukan. Namun pada beberapa kondisi, orang yang sedang sedih justru menghalang intervensi dari orang lain.
Mengatasi situasi tersebut, Joice menyarankan gunakan pertanyaan yang cenderung bersifat terbuka agar orang yang ditanyai kondisinya tetap merasa nyaman.
"Pembukanya akan lebih nyaman (dengan) 'apa kabar? bagaimana kondisimu hari ini?' Itu lebih mudah diterima daripada pakai pertanyaan tertutup seperti 'apakah kamu sedang sehat?' atau 'kamu tidak apa-apa kan?'. Itu buat beberapa orang justru defensif. Dia kan sedang memberikan batasan," jelasnya.
"Dia memberikan pagar tertentu kepada publik untuk mengintervensi dirinya. Dengan gambar-gambar itu, justru dia mengharapkan dipahami bahwa dia tidak apa-apa sekarang. Kita bertanya boleh, tapi dalam konteks menanyakan yang umum-umum saja," pungkas Joice.
Simak Video "Video: CISDI Ungkap Alasan Kesehatan Mental Masih Disepelekan"
(vyp/naf)