Curhat Wanita Korban Bedak Tabur Bayi J&J, Kena Kanker Ovarium Langka

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Senin, 10 Apr 2023 09:40 WIB
ilustrasi bedak Johnson & Johnson. (Foto: Getty Images/iStockphoto/SDI Productions)
Jakarta -

Johnson & Johnson setuju untuk membayar USD 8,9 miliar atau sekitar Rp 133 triliun demi menyelesaikan semua tuntutan hukum terkait klaim kanker di balik penggunaan bedak tabur bayi yang diproduksi perusahaan tersebut.

Bedak tabur bayi J&J disebut menjadi pemicu kanker ovarium dan mesothelioma, kanker yang secara khusus terkait dengan paparan asbes. Para korban menuduh dokumen J&J internal yang berasal dari awal 1970-an menunjukkan para pekerja telah memperingatkan manajer tentang jejak asbes yang ditemukan dalam botol bedak untuk bedak tabur bayi.

Diberitakan NBC News, para korban berpendapat bahwa pihak eksekutif J&J seharusnya memperingatkan konsumen tentang risiko kesehatan bubuk tersebut.

Salah satu wanita yang menuntut bedak tabur bayi ini memicu kanker yakni Deborah Smith. Smith didiagnosis menderita kanker ovarium pada tahun 2003 setelah dokternya menemukan tumor selama prosedur pengangkatan fibroid rahim.

Dia menjalani dua operasi dan tiga siklus kemoterapi, menyebabkan rambutnya rontok. Rambutnya tidak pernah tumbuh kembali dengan baik, jadi Smith mengatakan dia masih memakai wig.

Menurut gugatan Smith, dia menggunakan bedak bayi J&J sebagai produk kebersihan wanita untuk menyerap keringat dan menjaga kulitnya tetap kering selama lebih dari 15 tahun. Gugatan tersebut mengatakan Smith juga menggunakan Shower to Shower, produk berbahan dasar bedak yang sebelumnya diproduksi oleh J&J, hingga tahun 2003.

Gugatan Smith mengutip lebih dari 25 penelitian yang diterbitkan sejak tahun 1982 yang mengevaluasi hubungan antara bedak dan risiko kanker ovarium. Gugatan tersebut menuduh bahwa hampir semua studi tersebut mendokumentasikan risiko tertentu yang terkait dengan penggunaan bedak pada area genital.

Smith mencari ganti rugi serta kompensasi untuk biaya pengobatan dan rasa sakit dan penderitaan. Kankernya telah sembuh sejak 2005.

"Meskipun saya telah bebas kanker selama bertahun-tahun, ketika saya pergi ke dokter untuk menjalani tes apa pun, saya selalu bertanya-tanya apakah mereka akan menemukan sesuatu yang salah," kata Smith.

J&J telah menghadapi tuntutan hukum yang meningkat selama kira-kira satu dekade, dengan penggugat menyatakan bahwa kanker ovarium atau mesotelioma yang mereka idap, kanker langka yang mempengaruhi lapisan tipis jaringan yang melapisi dada dan perut, disebabkan oleh asbes yang ditemukan dalam bedak bayi. J&J secara konsisten menyangkal bahwa produk berbahan dasar bedaknya mengandung asbes.

"Kami terus mendukung keamanan Johnson's Baby Powder, yang aman, tidak mengandung asbes, dan tidak menyebabkan kanker," kata juru bicara J&J.

Namun, penyelidikan Reuters tahun 2018 menunjukkan bahwa J&J mengetahui bahwa beberapa bedak bayinya terkontaminasi asbes dalam jumlah kecil sejak tahun 1970-an. Reuters melaporkan bahwa pihaknya memperoleh memo perusahaan J&J, laporan internal, dokumen rahasia, dan kesaksian deposisi dan persidangan.

Menurut penyelidikan itu, gugatan paling awal yang diketahui menghubungkan kanker ovarium dan bedak bayi J&J diajukan pada tahun 1997. J&J membantah Reuters bahwa mereka mengetahui atau menyembunyikan masalah keamanan terkait bedak dan mengatakan tes independen telah menunjukkan bedaknya tidak mengandung asbes.

Next: Ada kandungan asbes di produk bedak bayi tabur J&J



Simak Video "Video: Ketua YKPI soal Banyak Pasien Kanker Pilih Pengobatan Alternatif"


(kna/naf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork