India melaporkan lonjakan kasus COVID-19 secara signifikan. Karena kejadian tersebut, beberapa negara bagian di India kembali mewajibkan penggunaan masker di tempat umum.
Di daerah utara negara bagian Haryana, penggunaan masker di tempat umum kembali wajib, mulai Sabtu. Selain itu negara bagian selatan Kerala, masker sudah diwajibkan bagi wanita hamil, lansia, dan orang dengan penyakit bawaan.
Dikutip dari AA.com.tr, Kementerian Kesehatan India mengatakan ada 5.357 kasus baru dalam 24 jam terakhir di Minggu (9/4/2203). Kasus aktif di India pada saat ini sudah mencapai 32.814.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat lonjakan kasus drastis, Menteri Kesehatan India Mansukh Mandavija mengadakan pertemuan dengan Menteri Kesehatan negara bagian. Setiap negara bagian diminta untuk melakukan latihan penanganan dengan fasilitas rumah sakit pada 10 dan 11 April.
Terjadi peningkatan kasus COVID-19 secara stabil di India pada saat ini. Kasus rata-rata harian naik menjadi 4.188 dalam dalam sepekan yang berakhir 7 April, dari yang sebelumnya hanya 571.
Pada 30 Maret, India juga mencatat kenaikan kasus terbanyak dalam sehari selama 6 bulan terakhir dengan jumlah 3.016 kasus baru. Peningkatan kasus yang drastis ini disebabkan oleh kemunculan varian XBB.1.16 atau arcturus.
"Inilah mengapa kasus-kasus melonjak di India baru-baru ini. Varian XBB.1.16 yang mendorong lonjakan tersebut," ucap Dr Lalit Kant, ahli epidemiologi terkemuka India.
Dalam pertemuan Kementerian Kesehatan minggu ini, dikatakan bahwa prevalensi XBB.1.16 meningkat dari 21,6% pada Februari menjadi 35,8% pada Maret 2023. Namun, tidak ada bukti peningkatan rawat inap atau kematian yang dilaporkan.
Varian arcturus pada saat ini menjadi salah satu varian yang menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kant juga menyatakan bahwa kelompok orang berisiko tinggi dan orang lanjut usia harus melakukan semua tindakan pencegahan.
"Pemerintah juga harus melihat apakah perlu ada dosis booster untuk kategori tersebut. Studi dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kekebalan pada kelompok berisiko tinggi, dan jika diperlukan perlu dipertimbangkan dosis booster," pungkasnya.
(avk/naf)











































