Pernikahan dengan sepupu atau kerabat dekat masih terjadi di beberapa wilayah dan termasuk bagian dari budaya. Terlepas dari boleh tidaknya, ada baiknya juga mengetahui risikonya.
Jika dua anggota keluarga yang sama dengan susunan genetik yang sama memiliki anak, maka risiko apa pun yang mereka miliki untuk mewariskan kondisi genetik langka kepada anak mereka akan meningkat.
Beberapa kemungkinan yang bisa terjadi di antaranya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Cacat lahir
Dikutip dari Bradford, pernikahan dengan sepupu meningkatkan risiko cacat lahir dari 3 persen ke 6 persen. Meski terbilang kecil, namun kejadiannya disebut kerap terjadi. Pernikahan dengan sepupu juga disebut menyumbang sepertiga dari total cacat lahir.
2. Risiko penyakit genetik
Dalam rubrik konsultasi detikHealth, pakar genetika Teguh Haryo Sasongko menjelaskan pernikahan dengan sesama kerabat hingga sepupu II (great grandparents yang sama) atau consanguineous marriage meningkatkan risiko anak mengalami penyakit genetik, terutama yang bersifat autosomal recessive.
Pada prinsipnya, perkawinan antar kerabat dekat dianggap lebih berisiko menurunkan sifat-sifat genetik tertentu. Beberapa penyakit bawaan memiliki sifat autosomal recessive, yang artinya bisa muncul ketika sesama carrier atau pembawa gen-gen resesif menikah dan kemudian punya anak.
"Penelitian-penelitian secara populasional menunjukkan bahwa anak-anak hasil perkawinan sedarah ini memiliki risiko lebih besar menderita penyakit-penyakit genetik tertentu," tulisnya.
Salah satu penyakit yang bersifat autosomal recessive adalah Thalasemia. Kelainan genetik ini mempengaruhi produksi hemoglobin yang menyebabkan pengidapnya kekurangan sel darah merah dan pada kondisi tertentu akan membutuhkan transfusi darah seumur hidup.
3. Risiko penyakit bawaan
dr Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD-KPsi, dari Junior Doctor Network Indonesia dalam bincang dengan e-Life detikcom mengatakan ada beberapa kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor genetika. Sifat-sifat genetis tersebut dapat diturunkan ketika sesama pembawa sifat menikah dan menghasilkan keturunan.
Ia mencontohkan jika salah satu calon pasangan memiliki riwayat diabetes. Selain itu, risiko gangguan pembekuan darah atau hemofilia juga akan lebih tinggi jika menikah dengan kerabat dekat.
"Nah kalau ada riwayat seperti ini terjadi, maka dalam satu keluarga sebaiknya tidak melakukan pernikahan dekat. Karena risikonya untuk anak mengalami hemofilia menjadi lebih tinggi," pesan dr Koko.











































