Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dr Azhar Jaya membenarkan adanya kenaikan kasus COVID-19 di dua hari terakhir, nyaris kembali menyentuh seribu, yakni sekitar 900-an kasus. Peningkatan ini berdampak pada tren rawat inap COVID-19 di sejumlah rumah sakit.
Namun, sejauh ini, gejala yang ditimbulkan didominasi keluhan ringan. Otomatis kenaikan tren kasus COVID-19 rawat inap di RS juga tidak signifikan.
Apa Pemicunya?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi terus terang salah satunya ini kita sedang selidiki apakah terkait varian Arcturus, yang memang sedang meningkat di beberapa negara," sebut dia saat ditemui di Menara Bank Mega, Rabu (12/4/2023).
"Atau iya memang karena mobilitas itu tadi dan aktivitas yang sudah lebih bebas."
Sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut, aktivitas warga menjadi lebih longgar. Pemakaian masker tidak lagi wajib dan intervensi pemerintah dalam protokol kesehatan tidak seketat sebelumnya.
Masyarakat diminta memiliki kesadaran tersendiri untuk menilai risiko penularan saat berkegiatan di luar atau dalam ruangan.
"Kan sekarang aktivitas sudah longgar di mana-mana, bukber, dan segala macam. Ini dari keduanya kita sedang selidiki, tapi sekali lagi yang kita ingat, severity-nya (keparahan gejala) tidak terlalu mengkhawatirkan," sambung dia.
"Tentu ada peningkatan kasus rawat inap di RS, tetapi peningkatannya ga linier," sambung dia.
Belum ada masyarakat sampai mengeluh kesulitan mencari RS, lantaran daya tahan imunitas warga saat ini juga diyakini cukup baik. Berkaca dari hasil sero survei antibodi COVID-19 yang menunjukkan 90 persen populasi Indonesia 'kebal' COVID-19.
"Tapi kita masih terus dalami ini dan kita terus cermati angkanya dari hari ke hari kalau memang dalam tanda kutip pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan, ya kita keluarkan," pungkasnya.











































