Dilanda Krisis Populasi, Warga Jepang Anggap Menikah Tak Ada Untungnya

Dilanda Krisis Populasi, Warga Jepang Anggap Menikah Tak Ada Untungnya

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Sabtu, 15 Apr 2023 21:00 WIB
Dilanda Krisis Populasi, Warga Jepang Anggap Menikah Tak Ada Untungnya
Jepang tengah dihantam penurunan populasi imbas banyak warga tak mau menikah. Banyak warganya menggap menikah tak ada untungnya. Ilustrasi foto situasi di Jepang. (Foto: David Mareuil/Getty Images)
Jakarta -

Angka kelahiran di Jepang mengalami penurunan imbas banyak warganya yang tak mau menikah dan membesarkan anak. Pada tahun 2022, populasi di Jepang mencapai 124,49 juta. Namun, terjadi penurunan sebesar 556.000 yang diketahui lebih besar dari tahun sebelumnya.

Saking rendahnya angka kelahiran, Perdana Menteri Fumio Kishida memprediksi pada 2030, jumlah anak muda di Jepang hanya mencapai setengah dari populasi saat ini.

Sebuah survei dari Nippon Foundation mengungkap sekitar 60 persen pria dan wanita dari 1.000 anak muda berusia 17-19 tahun mengaku ingin menikah. Namun saat ditanya apakah mereka benar-benar akan menikah, hanya 19,2 persen pria dan 13,7 persen wanita mengaku pasti akan benar-benar menikah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun salah satu alasan 60 persen anak muda menyebut pasti atau mungkin akan menikah lantaran ingin hidup bersama orang yang dicintai. Sebanyak 44,2 persen wanita dan 36,6 persen pria juga mengaku masih ingin membesarkan anak.

Sementara alasan dari 47,3 persen dari pria muda yang menjawab mungkin tidak akan atau pasti tidak akan menikah adalah mereka tak memiliki atau menemukan pasangan. 52,3 persen dari wanita mengaku alasannya adalah lebih nyaman menjadi lajang.

ADVERTISEMENT

Bahkan banyak wanita muda menganggap tak ada untungnya dengan menikah. Survei mencatat, 36,9 persen wanita tidak ingin membesarkan anak, 35,1 persen tidak ingin kehilangan kebebasan, dan 22,5 persen memiliki prioritas lain lebih tinggi daripada berkeluarga.

Sebelumnya, pada November lalu, survei yang dilakukan oleh Badan Anak dan Keluarga Jepang menemukan bahwa dari 12.249 responden, sekitar 2 persen orang berusia 15 hingga 64 tahun telah diidentifikasi sebagai hikikomori atau orang yang mengisolasi diri di rumah.

Berdasarkan jumlah populasi masyarakat Jepang saat ini, 2 persen orang tersebut adalah berjumlah 1,46 juta.




(suc/kna)

Berita Terkait