.webp)
Angka kasus Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan beberapa minggu terakhir. Hal ini disebabkan oleh varian baru Covid-19 sub varian Arcturus atau XBB 1.16 yang menular dengan cepat.
Salah satu gejala Covid Arcturus yang banyak ditemukan yaitu demam disertai konjungtivitis pada mata anak yang ditandai dengan mata merah, gatal, dan berair. Pada orang dewasa, gejalanya berupa demam, sulit bernapas, kelelahan, nyeri otot, dan diare.
Kasus Covid Arcturus di Indonesia
Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, kasus kematian mengalami kenaikan dari 12 kasus menjadi 13 kasus. Kasus aktif pun ikut naik menjadi 10.881 yang sebelumnya berjumlah 10.448 kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasien yang dirawat dalam rata-rata tujuh hari terakhir juga mengalami kenaikan menjadi 1.617 dari hari sebelumnya yang berjumlah 1.573.
Lantas, seperti apa bentuk gejala-gejala Covid Arcturus yang harus diwaspadai ? serta langkah apa yang harus dilakukan untuk mencegah penularan virus ini ? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Gejala-Gejala Covid Arcturus
Berikut ini gejala-gejala Covid Arcturus yang biasa muncul pada anak-anak dan orang dewasa.
Gejala Covid Arcturus pada Anak-Anak
Dilansir dari laman Healthline, terdapat beberapa gejala Covid Arcturus yang muncul pada anak-anak yaitu:
- Demam tinggi
- Batuk
- Konjungtivitis yang disertai rasa gatal, mata merah tanpa nanah, dan mata lengket.
Lebih lanjut, ciri-ciri yang menyertai konjungtivitis pada mata juga disebutkan oleh Eye Institute yang meliputi:
- Mata berair
- Mata kemerahan
- Pembengkakan
- Nyeri atau iritasi
- Gatal
Gejala Covid Arcturus pada Orang Dewasa
Selain anak-anak, terdapat juga gejala-gejala Covid Arcturus yang biasa muncul pada orang dewasa yaitu:
- Demam atau menggigil
- Batuk
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Kelelahan
- Nyeri otot atau tubuh
- Sakit kepala
- Kehilangan indra perasa dan penciuman
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau pilek
- Mual hingga muntah
- Diare
Apakah Vaksinasi bisa Mencegah Covid Arcturus?
Dilansir dari laman NBC News, seorang profesor kesehatan global di University of Washington Ali Mokdad mengatakan bahwa laboratorium belum menentukan seberapa efektif vaksin Covid bekerja melawan XBB.1.16.
Di sisi lain, seorang profesor ahli penyakit menular di University of California, San Francisco Dr Peter Chin-Hong mengatakan bahwa dia tidak terlalu khawatir karena menurutnya vaksin akan efektif mencegah varian Covid Arcturus ini.
"Karena (varian arcturus) sangat mirip dengan XBB.1.5 (varian omicron), menurut kami orang yang sudah divaksin akan baik-baik saja," ujarnya.
Selain itu, Food and Drug Administration dan CDC juga mengatakan bahwa orang dewasa yang lebih tua dan individu dengan kekebalan tubuh yang rendah dapat melakukan vaksin booster untuk melindungi dari subvarian omicron sebelumnya.
Apakah Covid Arcturus Lebih Mudah Menular?
Mokdad mengatakan bahwa peningkatan penularan Covid Arcturus tampaknya disebabkan oleh kemampuan subvarian untuk menghindari deteksi kekebalan dalam tubuh.
"Itu (Covid Arcturus) tidak dapat menyebar begitu cepat kecuali jika memiliki kemampuan menghindari kekebalan tubuh," kata Mokdad.
Mokdad menjelaskan bahwa virus ini memiliki dua cara untuk bertahan hidup.
Salah satu caranya adalah menjadi lebih menular dan menghindari kekebalan dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya. Cara kedua adalah menjadi sangat mematikan.
Selain itu, Dr Peter Chin-Hong juga berpendapat bahwa selain peningkatan penularan, sejauh ini XBB.1.16 (covid arcturus) tidak terlalu berbeda dengan XBB.1.5 (covid varian omicron).
Ia berharap bahwa virus ini tidak akan terlalu berbeda dari varian sebelumnya dalam segi penularan dan efektivitas vaksin dalam mengatasinya.
Bagaimana Mencegah Penularan Covid Arcturus?
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Covid Arcturus adalah dengan selalu waspada dan mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan.
Pemerintah juga menghimbau kepada masyarakat agar kembali aktif menggunakan masker dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah potensi lonjakan kasus ini, terutama untuk kelompok yang belum melakukan vaksinasi Covid-19.
(inf/inf)
