Vokalis band Last Child, Virgoun, meminta maaf setelah terseret kasus perselingkuhan yang dibongkar oleh istrinya, Inara Rusli. Kini melalui akun YouTube miliknya. Lantas menurut psikolog, apakah betul pelaku perselingkuhan bisa 'tobat'?
Virgoun menyebut, memang ada perasaan yang berubah terhadap sang istri di balik perselingkuhan yang dilakukannya. Namun, ia memilih untuk tidak mengungkapkan alasan tersebut kepada publik. Ia mengakui, alih-alih mengkomunikasikan permasalahan tersebut, ia malah lari dan mencari kenyamanan di orang lain.
"Saya akui saya salah, saya khilaf, dan saya sama sekali tidak membenarkan segala apa yang telah saya lakukan. Saya memohon maaf terutama kepada nama-nama dan pihak yang terseret dan tertuduh dalam masalah ini," ungkapnya dalam video tersebut, dikutip Sabtu (29/4/2023).
"Saya memohon maaf yang paling besar adalah untuk anak-anak saya. Anak-anak saya menjadi hidup dan mati saya. kejadian ini tidak, sama sekali tidak berarti membuat semua karya yang tulis untuk anak-anak saya menjadi kebohongan, omong kosong belaka," sambung Virgoun.
Pelaku Perselingkuhan Bisa Betulan Tobat?
Menurut psikolog klinis Annisa Mega Radyani, pada dasarnya, setiap orang bisa mengontrol diri untuk melakukan perselingkuhan atau tidak. Meski rasa suka atau ketertarikan pada orang lain tidak dapat dihindari, setiap orang dalam kondisi kerja otak yang normal, sebenarnya bisa mengontrol tindakan terkait perasaan tersebut.
"Kita ini selalu bisa mengontrol perilaku kita. Kita mungkin nggak akan bisa selalu mengontrol perasaan, artinya kemunculan perasaan, kemunculan napsu, itu mungkin memang nggak bisa dikontrol karena bagaimana memang sudah ada rasa. Tapi, kita bisa mengontrol perilaku yang menindaklanjuti perasaan atau hawa napsu itu," ungkapnya dalam siaran e-Life detikcom beberapa waktu lalu.
Namun memang menurutnya, kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah (problem solving) adalah hal yang perlu dilatih. Pada banyak kasus, orang berselingkuh karena mencari jalan keluar instan dari sebuah masalah. Kondisi ini mencerminkan ketidakmampuan mereka untuk memecahkan masalah atau berpikir kritis.
"Karena memang ada bagian otak kita bagian fungsi otak bagian depan prefrontal cortex itu memang fungsinya adalah untuk berpikir, untuk kita bisa mengambil keputusan, melakukan pemecahan masalah, dan lain-lain. Jadi sebenarnya kita punya fungsi otak itu," jelas Annisa.
"Jadi sebenarnya sebagai orang dewasa yang sehat misalnya tidak mengalami kerusakan otak karena kecelakaan dan lain-lain, seharusnya bisa berfungsi dengan baik dalam mengontrol. Tapi tadi, kalau begitu kenapa ada yang nggak bisa?" pungkasnya.
Simak Video "Video Lansia Juga Bisa Alami Gangguan Kesehatan Mental, Seperti Apa?"
(vyp/vyp)