Wanti-wanti Dokter Paru soal Polusi, Imbas Macet Nggak Ketulungan di DKI

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Kamis, 11 Mei 2023 06:29 WIB
Dokter paru memperingatkan risiko penyakit pernapasan imbas kemacetan Jakarta. (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta -

Kemacetan mulai kembali menyapa Jakarta setelah libur Lebaran selesai. Kendaraan kembali merayap sejak beberapa hari terakhir di sejumlah titik jalan di Jakarta. Kemacetan yang terjadi pun dapat berdampak pada pencemaran udara, hingga memicu kualitas udara yang buruk.

Tentunya polusi udara yang buruk bisa berdampak pada kesehatan, terutama organ paru-paru. Dokter Spesialis Paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr H Mohammad Yanuar Fajar Sp P, FISR, FAPSR, MARS, menjelaskan, polusi udara yang buruk imbas kemacetan dapat memicu penyakit paru yang berbahaya, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

"Karena zat-zat dari kendaraan seperti knalpot dan polusi udara, yang menyebabkan pasien menghirup gas-gas beracun," ucapnya saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Rabu (10/5/2023).

Adapun polusi udara buruk akibat kendaraan, seperti motor lantaran pada umumnya disebabkan terjadinya proses pembakaran yang tidak sempurna di dalam mesin, artinya tidak semua bahan bakar yang masuk ke dalam mesin terbakar habis atau masih ada bahan bakar yang tidak terbakar.

Dikutip dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, bahan bakar yang tidak terbakar ini keluar bersama gas buang melalui knalpot ke udara bebas. Gas yang tidak terbakar mengandung gas karbon monoksida (CO), Nitrogen Oksida (Nox), dan Sulfur Dioksida (SO2). Gas tersebut tidak baik untuk pernapasan karena beracun dan berbahaya bagi manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.

Proses pembakaran tidak sempurna pada mesin disebabkan kurang kontrolnya mesin terhadap perawatan berkala seperti tidak normalnya kerja busi, kotornya saringan udara, kualitas bensin yang tidak baik, sistem pengapiannya tidak baik dan sebagainya.

Selain PPOK, polusi udara yang buruk juga berdampak pada pemicu atau 'trigger' terjadinya serangan asma bagi para pengidapnya.

"Itu bukan memicu asma saja, tetapi juga ada penyakit yang lebih berbahaya dari asma namanya PPOK," kata Dr Yanuar.

Dr Yanuar menjelaskan, penyakit PPOK memang memiliki gejala yang sama dengan asma. Namun bedanya, penyakit tersebut semakin lama semakin memburuk. Berbeda dengan asma yang masih bisa dikontrol dengan pengobatan yang baik.

"Kalau saya di rumah sakit bercanda dengan pasien, 'jadi saya bagaimana Dok,' saya bilang satu-satunya jalan pindah kota," kelakar Dr Yanuar.

Berdasarkan website IQAir, kualitas udara di DKI Jakarta pada pukul 21.00 WIB Rabu (10/5/2023), berada pada angka 128 (moderate). Artinya, tingkat kualitas udara yang berpengaruh pada manusia atau hewan dengan kondisi tubuh yang sensitif. Meskipun demikian, angka tersebut akan terus berubah setiap waktu.



Simak Video "Video: Langit Jakarta Cerah, Kualitas Udara Hari Ini Sehat!"

(suc/up)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork