Viral di TikTok, dr Stephanie Cerita Awal Mula Bagikan Konten Mistis

Terpopuler Sepekan

Viral di TikTok, dr Stephanie Cerita Awal Mula Bagikan Konten Mistis

Dinda Zahra Ghaisani Usdi - detikHealth
Sabtu, 13 Mei 2023 17:33 WIB
Viral di TikTok, dr Stephanie Cerita Awal Mula Bagikan Konten Mistis
dr Stephanie menceritakan awal mula membagikan konten mistis. (Foto: dok. diolah)
Jakarta -

Pengalaman mistis kerap kali menarik perhatian masyarakat. Tak heran, belakangan ini nama dr Stephanie menjadi buah bibir di media sosial. Konten pengalaman mistisnya saat menjalani tugas sebagai dokter forensik ditonton oleh jutaan netizen dan dibanjiri ratusan ribu like.

Pemilik nama lengkap dr Stephanie Renni Anindita, SpFM mengaku tidak memiliki 'kelebihan' untuk melihat hal-hal di luar nalar. Namun, beberapa sosok pernah mencoba untuk berkomunikasi dengannya melalui mimpi.

"Ketika dia berkomunikasinya cukup keras sampai waktu saya tidur dia menampakkan di mimpi saya, sampai mencoba bangun, sulit. Waktu itu saya ketindihan dan pagi-pagi saya bangun, kok ada bekas memar di tempat yang tadi dia coba sentuh saya," cerita dr Stephanie dalam program detikPagi, Jumat (12/5/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai seseorang yang bekerja di kamar jenazah, dr Stephanie mengakui bahwa banyak kasus yang belum bisa dijelaskan secara medis.

"Saya itu bukan indigo, nggak punya kelebihan. Tapi kadang-kadang frekuensinya saya sama mereka itu sama. Kadang-kadang saya melihat, saya mendengar. Tapi kalau sudah seperti itu, saya menganggap mereka mencoba komunikasi saja. Ya nggak apa-apa," katanya dalam wawancara terpisah.

ADVERTISEMENT

Awal Mula 'Ngonten'

dr Stephanie baru mulai membuat konten sejak 1-2 bulan lalu. Awalnya, beberapa teman mendorong dr Stephanie untuk menceritakan lebih banyak pengalaman mistis setelah ia menjadi narasumber di dua YouTube channel.

"Beberapa teman bilang 'Coba deh kamu sharing cerita-cerita yang lain. 'Kan masih banyak tuh. Mana tahu kamu sharing, ada teman-teman yang merasa relate atau memetik pelajaran dari kasus yang dialami," jelas dokter kelahiran 1987 ini.

Baginya, menjadi konten kreator sama seperti merealisasikan passion mengajarnya. Selain itu, ia ingin mengedukasi masyarakat berdasarkan kasus-kasus yang ditanganinya.

"Saya mau sharing ke masyarakat luas, semoga mereka nggak mengalami apa yang dialami oleh korban-korban yang saya tangani. Saya mau orang sadar kalau masih ada beberapa hal yang nggak atau belum dijelaskan secara medis. Dari hal-hal tersebut, banyak yang bisa kita pelajari," imbuhnya.

Kode Etik sering Dipertanyakan

Sering ditanyakan mengenai kode etik, dr Stephanie menegaskan bahwa dirinya tetap berpedoman pada Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) tentang etika dokter bermedia sosial. Ia juga menyebut bahwa menjadi tenaga kesehatan bukan berarti tidak boleh bermedia sosial.

"Saya samarkan nama, tempat, identitas, bahkan kadang kronologi saya ganti supaya melindungi korban dan keluarganya. Tapi inti yang mau saya sampaikan, kejadiannya, itu benar," tegasnya.

Selain untuk menghindari pelanggaran kode etik, penyamaran tersebut dilakukan untuk melindungi pasien dan keluarganya. Ini karena masyarakat sering menilai hidup korban secara negatif pada kasus yang belum bisa dijelaskan secara medis. Pentingnya penyamaran identitas ini berguna untuk menghindari anggapan buruk dan kasus asli tidak terungkap.

"Saya harus melindungi identitas pasien. Jangan sampai orang menganggap nama korban dan keluarganya jadi buruk. Karena kadang korban dibilang mati penasaran, orang bilang 'Jangan-jangan selama hidup orang itu berbuat buruk atau keluarganya gimana. Itu yang saya hindari," jelasnya.

NEXT: Sekilas soal Dunia Dokter Forensik

Dunia Dokter Forensik

Terlepas dari konten-konten mistis yang dibuatnya, masih banyak hal lain yang menarik saat menjadi seorang dokter forensik. Ia menjelaskan bahwa menjadi dokter forensik artinya menggunakan ilmu kedokteran untuk kepentingan peradilan.

"Jadi sehari-hari tugas kita memeriksa korban-korban yang hidup atau mati. Kadang-kadang juga bagian atau sampel tubuh manusia. Tujuannya untuk kepentingan peradilan, terutama pada kasus-kasus yang ada dugaan tindak pidana," papar dr Stephanie

Saat praktik, dokter forensik biasanya memiliki tim yang terdiri dari teknisi forensik, residen, dan koas. Umumnya, dokter forensik praktik di rumah sakit. Ini dilakukan karena fasilitas kesehatan yang lebih menunjang.

"Kalau dokter forensik kebanyakan praktik pasti di rumah sakit karena saat menangani korban mati dan hidup, prasarananya lebih menunjang. Tapi kalau diminta menjadi saksi ahli, (praktik) di kepolisian juga," ungkap dr Stephanie.

Berbagai tantangan pun tak luput dialami oleh dr Stephanie selama berkarier di dunia forensik. Salah satu tantangannya adalah ketika hasil temuan kasusnya menimbulkan banyak pertanyaan di pengadilan.

"Misalnya ditemukan di suatu ruangan dalam keadaan nggak ada siapa-siapa, tapi kok ada luka akibat benda tajam di bagian tubuh tertentu yang kayaknya nggak mungkin deh dilakukan korban sendiri," terangnya.

"Kadang-kadang suka ditanya di pengadilan 'Dok benar nggak sih luka ini? Kemungkinannya kecil karena melukai diri sendiri atau kecelakaan?" pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Guru Besar FKUI Tuding Menkes Bikin Distribusi Dokter Tak Merata"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Berita Terkait